Sean khawatir??

701 32 6
                                    

Ini hari kedua michel tidak masuk sekolah sejak dia pingsan kemarin. Peduli? Oh tidak, hanya aja aku dibuat heran sama tuh anak, masa iya cuma pingsan doank sampai ga masuk sekolah dua hari.

Ah udah lah, bagus juga dia ga masuk sekolah jadi ga ada yang ganggu aku. Dan benar aja aku cukup lega dan tenang bahkan belajar pun konsentrasi.

Beda pula dengan kembaranku si glova, dia malah uring-uringan ga jelas. Khawatir amat sama michel, astaga segitu pengaruhnya michel buat dia? Ah, dasar dia nya aja yang lebay.

"bang.." dia mampir kebangku ku tepatnya tempat duduk michel.

"apa lagi glo?" keselku.

"kamu ga khawatir sama michel? Ga nyari keberadaan dia?"

"ga sama sekali.." jawabku penuh penekanan dan dia malah mukul bahuku.

"auw, apaan sih glo.." aku semakin kesal sama dia.

"jahat banget sih bang, masa sama teman sebangku sendiri ga peduli."

"emang aku ga peduli gimana donk?  Masa mau maksa aku peduli sama tuh kanebo."

"ck, orang kek abang parah bener dan ntah apa yang buat michel jatuh cinta sama kamu. Nyebelin kayak gini ya ampun.." mataku melotot saat dia bilang michel jatuh cinta samaku.

"ga urusan ku dia mau jatuh cinta sama ku apa ga.."

"wah..wah..parah bener kamu bang, sok kegantengan...awas aja kalau kamu beneran jatuh cinta sama dia." aku langsung pletak kepalanya dan dia pun meringis.

"jangan bahas cinta-cintaan mulu.., belajar dengan baik dulu.., sana balik kebangku mu."

"ih, iya..iya..dan awas ucapan ku bener ya.  Aku bakalan ledekin kamu.." jawabnya lalu kembali kebangkunya. Dan ga lama guru pun masuk.

Ntah kenapa ucapan glo mengganggu pikiranku selama jam pelajaran berlangsung, bahkan sekarang mataku menoleh kesamping, bangku kosong yang biasa dia duduki.

Aku jadi teringat dia yang selalu usik aku sampai aku dibuat kesel sama dia tapi dia ga bakalan berhenti ganggu aku meski udah aku bentak.

Dan aku juga teringat saat dia dihukum sampai dia pingsan, separah apa sih dia sampai ga masuk sekolah dua hari.

"michel, apa kamu baik-baik aja kan?" batinku yang masih menatap bangkunya.

"maafin aku ya, semua karena aku sampai kamu harus dihukum sampai pingsan hingga sekarang kamu juga ga masuk." ucapku lagi dalam hati.

"sean..sean.." aku tersadar saat teman depan bangku menepuk tanganku.

"eh, iya kenapa bunga?" tanyaku.

"kamu dari tadi dipanggil bu selva loh..tapi kamu ga jawab." aku pun kaget lalu menatap bu selva.

"eh, iya bu.." tanyaku cengesan.

"kamu melamun sean? Sampai ga dengar ibu panggil." aku pun garuk kepala.

"hehehe maaf bu.."

"biasalah bu, sean kangen tuh sama michel.. Hahahah.." sialan bener mulut glova ini.

"ahahahaha...sean nih ye."

"cie..cie..sean kangen.."

"nyari juga kau bro.."

Itulah ledekan teman lainnya yang membuat aku makin kesel.

"ga usah ngebacot kalian.." ketusku.

"udah..udah..sean tolong jangan melamun lagi." ucap bu selva.

"iya bu.." jawabku singkat dan kita kembali fokus belajar meski sesekali mataku ngelirik bangku michel.
|
|
Sekarang kita lagi makan siang dirumah, pulang sekolah tadi aku dan glova langsung pulang kerumah.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang