Rumah sakit...

740 37 6
                                    

Biasanya hampir tiap hari aku pulang sama sean, tapi udah 2 bulan ini ku jarang pulang bareng dia. Aku selalu buat alasan agar sean tak curiga. Dan pastinya kalian tahu aku kemana, jelas aku kerumah michel.

Awalnya dia hanya dirawat dirumah aja dan itu permintaan michel. Meski kambuh seperti biasa tapi aku tetap khawatir sama dia. Apa lagi dia 3 kali muntah darah. Dan michel selalu mengatakan dia baik-baik aja.

Aku bukan hanya berkunjung kerumahnya tapi aku ikut menjaga, menemani dan membantu dia saat kesulitan. Tiap melihat dia kesakitan air mata ku selalu jatuh, tak sanggup melihat betapa lemahnya dia.

Sempat dia mulai membaik dan aku sangat senang meski dia belum diijinkan sekolah. Jujur aku rindu kebersamaan kami disekolah.

Namun, ada yang buat aku kesal, marah, apa lagi kalau bukan sean. Dia selalu bertanya keberadaan michel bahkan mengatakan rindy padanya. Bagaimana bisa? Bukannya dia tak suka kehadiran michel. Tapi yang jelas aku tak kan percaya sama bualannya.

Saat jam istirahat, aku mendapat chat dari mamanya kalau michel kembali drop dan lebih parah dari sebelumnya. Jantungku kembali lemas, ketakutan ku semakin mendalam. Lagi-lagi aku meminta sean pulang duluan.

Ceklekk...

"tante...michel gimana?" tanyaku tak sabaran.

"hiks..tadi dia drop tapi sekarang dia udah tenang, michel lagi tidur.." aku langsung menghela nafas.

"aku mau lihat michel tan.."

"oh iya.., ayo kita kekamarnya." kami pun berjalan menuju kamarnya.

"michel..." lirihku saat berada disampingnya yang masih tertidur.

"kamu kenapa selalu bikin aku khawatir chel, aku takut dengar kondisi kamu drop lagi." sambil mengusap kepala polosnya.

"kamu sangat kesakitan ya.., jangan menyerah ya chel..kamu kan janji akan sembuh." airmataku terus mengalir.

"glova.." tante memegang pundakku.

"iya tan?"

"jangan menangis depan dia nak, itu akan membuat dia merasa bersalah.., kita harus yakin dia akan sembuh." aku langsung peluk pinggang tante.

"hiks..hiks..maaf tan..aku ga da niat buat dia merasa bersalah. Glova selalu ingin tegar tapi glova ga bisa menahannya. Glova takut tan...glova takut hiks..hiks.." tante mengusap kepalaku.

"dia tidak akan meninggalkan kita nak, tidak akan nak.." justru mamanya mencoba menguatkan aku.

"iya tan.., michel tak akan meninggalkan kita." tante pun mengangguk lalu aku melepaskan pelukannya.

"yaudah, hm...tante minta tolong jaga michel sebentar ya, tante mau kebawah dulu."

"iya tan.., glo akan jaga dia." mamanya pun keluar dari kamar dan aku masih memandang dia yang tidur pulas.

"michel...heii..." aku tersentak saat melihat matanya bergerak terbuka.

"hai cantik.., udah bangun uhm.." aku langsung tersenyum menyapa dia.

"gl..glova.."

"iya, aku datang untuk sahabatku ini.., gimana keadaannya sekarang? Masih ada yang sakit?"

"en..engga kok glo, aku udah membaik sekarang."

"syukurlah.., ih..kamu ya..jago banget bikin aku khawatir setengah mampus." berpura kesel.

"glo..maaf..aku udah bikin kamu khawatir." ucapnya sesal.

"eh..eh..ngapain minta maaf sih chel.  Wajar kali aku khawatir...yaudah yang penting kamu sekarang udah membaik." dia pun mengangguk senyum.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang