dengan diam-diam

604 30 2
                                    

Hari ke hari telah terlewati tanpa duduk disamping michel, digantikan posisi jordan. Dan selama itu pula aku tampak tak seperti biasanya, kebanyakan diam meski lagi ngobrol sama jordan.

Aku juga kerap melihat dia yang tak melihat aku. Aku hanya bisa mengamati dia dari kejauhan dan tak ada alasan aku bicara dengan dia lagi dan itu sungguh menyiksa.

Hatiku dibuat bungkam saat melihat michel lebih sering terseyum dan ceria setelah tak sebangku lagi denganku. Berarti aku salah satu orang yang buat dia tertekan selama didekatku.

"sean..woi.." suara jordan menyentakkan pandanganku dari michel.

"apa sih, biasa aja kali manggilnya." keselku.

"siapa suruh kau lama jawabnya,  lihat apa sih kau?"

"ga ada.." ketusku tapi dia malah curiga sama pandangan ku tadi.

"lihat mita?" aku pun berdecak.

"ck, bukan.."

"loh bukan? truss... Ohh kau lihat michel ya?"

"udah deh, ga usah sok tau lagi.."

"asli deh..!! Semenjak kita sebangku kau malah makin aneh aja."

"perasaan mu aja itu.." sewotku dan dia pun berhenti bertanya lagi.

Sekarang mata pelajaran matematika, michel diminta guru mengerjakan tugas dipapan tulis. Dan ini kesempatan ku bisa melihat dia tanpa diam-diam lagi.

Aku masih mengamati dia yang masih menulis dipapan tulis. Spontan aku tersenyum meski sedikit.

"ketika kita tak sebangku lagi, kamu terlihat kembali seperti michel awal kita ketemu. Kamu udah mulai sering senyum, tertawa dan itu bukan untuk ku lagi chel.." ucapku dalam hati.

"sebegitu tertekannya kamu saat didekatku hingga kamu memilih menjauh dariku terlebih untuk menjaga perasaan mita."

"chel..jujur sampai sekarang aku penasaran kenapa kamu botak? Apa kamu juga menyembunyikan ini dari glova? Atau glova udah tahu sebenarnya."

"apa kamu sakit chel?" batinku bertanya.

"astaga sean..kau ya..dari tadi ngelamun mulu." senggak jordan sambil mukul bahuku cukup kuat.

"kampret..sakit jordan."

"makanya dengar guru dari tadi manggil kau, yaelahh..kau kenapa lagi sih?"

"eh, aku dipanggil bu tira?" spontan aku melihat bu mita berdiri didepan.

"iya begoo..!" kesal jordan,  aku langsung maju kedepan.

"ibu manggil aku ya?"

"kenapa kamu ga jawab hm?"

"hehehe, maaf bu.." cengirku.

"yasudah kamu kerjakan soal no 4."

"baik bu.."

Aku langsung mengambil spidol mengerjakan soalnya, ntah kenapa mataku menangkap tulisan tangan michel disoal no 3. Aku jadi teringat dia yang selalu nulis disampingku saat kita masih sebangku.

Ntah kenapa aku punya ide yang menurutku konyol sih, tapi biarlah harga diriku jatuh kali ini.

"bu.."

"kenapa sean?"

"hm.., aku agak bingung nih cara ngerjainnya."

"bingung kenapa? Bukannya kamu selalu bisa menjawabnya." aku cuma garuk kepala.

"ntah lah bu, aku juga bingung...hmm..aku butuh bantuan michel deh." aku ngelirik dia yang masih asyik nulis dibukunya.

"ohh gitu, baiklah..michell.." dia langsung tersadar.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang