Sebuah Kejutan

515 33 11
                                    

Hari ini aku pulang sendiri dan selama dijalan mau pulang kerumah  aku masih terbayang dengan kejadian  tadi. Jujur aku syok dengan sikap mita yang kasar terlebih main fisik sama michel.

Sebelum keributan itu terjadi, aku masih berlagak sok cool saat mita menjelaskan kehaluannya sama michel, begonya aku tak membantah omongan ngaur mita, hingga michel pun seakan percaya sama kedekatan ku dan mita.

Namun, aku menatap michel saat dia berkata kalau kita hanya sebatas teman sebangku bahkan mempertanyakan nya padaku, sialnya aku cuma diam aja dan itu membuat michel semakin ngotot ingin menanti jawabanku dan itu membuat mita kesel sendiri yang akhirnya mengamuk sampai menjambak rambut michel.

Aksi kejadian itu membuat aku mati kutu saking kagetnya, entah kenapa tanganku tak bisa menghentikan aksi amukan mita padahal michel udah minta tolong samaku.

Hingga akhirnya  glova datang menolong michel, terlihat sekali glova marah sama mita sampai berani menonjok hidung mita hingga berdarah. Disitulah aku baru seakan tersadar dari keterdiamanku.

Ditambah lagi glova marah besar sama ku bahkan membentakku didepan semua orang hanya untuk membela michel, tepatnya karena aku tak menolong michel. Lalu glova membawa michel pergi dari kerumuan ini.

Ceklekk...

Akhirnya aku sampai juga kerumah. Dan baru aja aku membuka pintu,  aku langsung dipeluk sibungsu flanela.

"loh, adek kenapa? Tumben meluk abang erat seperti ini." tanyaku sambil mengusap kepalanya.

"abang.., adek takut.." alisku mengerut.

"takut? Takut kenapa dek?"

"kakak glo wajahnya seram, pas aku panggil kakak cuma natap aku tajam. Seraam ih.." aku langsung menggeram dengar ucapan flanela.

"jangan takut ya dek, mungkin kakak glo lagi kecapekan. Lagian ga mungkin kak glo marah sama adek kasayangannya ini."

"benerkah bang?"

"iya donk.., oh ya mama mana?"

"mama sejam lalu udah pergi kerumah sakit antar berkas papa yang tinggal sekalian bawa makan siang buat papa."

"oh gitu ya.., yaudah kamu kembali kekamar ya dek,  abang mau ganti baju dulu ya."

"tapi gendong ya bang.." aku langsung terkekeh.

"iya..untuk sibungsu ini apa sih yang ga bisa. Ayo naik ke punggung abang." aku pun menggendong fla dan mengantarnya kekamar lalu aku masuk kamar.

"huh, kenapa lagi tuh anak..bisanya dia melampiaskan marahnya sama fla yang ga tahu apa-apa."

"segitu pedulinya kamu sama michel ya.."

"bagaimana dengan michel ya? Pasti dia kesakitan sekali, secara jambakan mita sangat kuat."

"huh!  Semoga kamu ga kenapa-kenapa chel."

Namun baru beberapa langkah mau menuju kasur, pintu kamarku diketuk cukup kuat. Aku langsung menghela nafas karena udah tahu siapa yang mengetuk pintu. Aku pun membuka pintu.

Plak..plak..

Baru aja buka pintu, wajahku ditamar  glova itu membuatku syok dan geram akan sikap semakin menjadi-jadi.

"sialan kau.." geramku.

"kau yang sialan!! Kau yang brengsek..!! Kau yang pengecut!!" bentaknya depan wajahku.

"kau..." geram ku lagi.

"apa? Apa hah? Benar kan apa yang aku bilang barusan? Kau memang tak punya hati sean." matanya pun berkaca-kaca dan itu membuat aku terdiam.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang