Hubungan ku sama glo semakin membaik bahkan udah kembali seperti dulu. Jahilnya, petakilannya pokoknya semua pola tingkahnya buat gangguin aku.
Lalu bagaimana dengan michel? Dulunya aku sangat menantikan kehadiran dia lagi, merindukan cara dia memperlakukan aku tapi seiring waktu berjalan aku udah mulai melupakan dia. Pelan-pelan aku mulai terbiasa tanpa dia.
Lagian buat apa aku menuggu dia yang pastinya dia juga ga mungkin datang untuk ku. Karena ku yakin michel udah sangat jauh membenci aku.
Malah aku semakin muak sama michel, kalau dia marah sama ku cukup aku aja yang dia jauhi, jangan imbaskan kesemua orang terutama glova yang katanya sahabat.
Terlebih aku juga geram gegara sikap pengecutnya yang kadang membuat glo menangis saat merindukan sahabatnya.
Bahkan aku juga udah kembali bergabung sama jordan dan lainnya setelah sekian lama aku menyendiri terus ntah itu diperpus atau taman belakang. Sungguh bodoh sekali aku galau hanya karena dia.
"bang...bang..ayo sarapan." teriak glo dari depan kamarku.
"iya..ya bentar.." jawabku dan aku pun keluar dari kamar.
"ihhh, tumbenan lama bang." keselnya.
"ga usah ngomel mulu, ayo turun." aku merangkul pundaknya untuk turun bersama buat sarapan lalu berangkat kesekolah.
"bang.."
"hmm?"
"udah 5 bulan michel ga masuk ya?"
"udah akh, jangan bahas dia lagi yang ada kamu nangis lagi."
"dasar abang kampret, ga lupa apa siapa yang buat dia pergi?" keselnya sambil mukul pundakku.
"aduh dek.., ini dijalan jangan main pukul, ntar jatuh mampus.."
"abang sih..."
"udah diam deh, cepat peluk abang lagi." dia kembali meluk aku karena aku mau lebih balap sedikit biar cepat sampai kesekolah.
Jam pelajaran telah dimulai, semua fokus mendengar guru yang lagi menjelaskan didepan. Aku pun tersenyum saat melihat glo yang fokus. Setidaknya dia tidak se galau dulu yang kebanyakan diam, merenung bahkan nangis.
"setidaknya kamu tidak seterpuruk kemarin dek." batinku senyum lalu aku kembali memperhatikan guru.
Saat kita lagi disuruh mencatat sama guru dan aku masih asyik menulis dibuku, bunga yang duduk depan bangku ku memanggil.
"sean..."
"ya?" jawabku menoleh dia.
"michel kenapa belum masuk juga ya?"
"mana lah ku tahu, ga urusanku juga."
"ck, kau ini..dia kan teman sebangku mu masa kamu ga tahu sih."
"hey, dia cuma sebangku ku saat kelas dua, sekarang mah aku sendiri kok ga ada teman sebangku."
"iya..iya terserah mu lah, tapi setidaknya kalian pernah sebangku dan bukan hanya itu aja, kalian juga sempat pacaran kan?" aku langsung melotot.
"pacaran apaan? Itu hanya michel aja yang ngaku-ngaku. Kayak ga kenal dia aja."
"hhmm, gitu ya." aku pun mengangguk.
"tapi jujur ya.., aku juga rindu sama tuh anak, rindu sama kehebohan dia, suara cemprengnya, dia itu bisa bikin orang mati ketawa loh termasuk aku." aku pun terdiam.
"apa kamu..kamu ga rindu sama michel? Okelah, kalau kau ga suka sama tingkah dia tapi setidaknya dia pernah isi hari-hari mu dengan pola tingkah nya. Beneran kamu ga rindu sama dia?" aku langsung berdecak sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Nafas Terakhir
Teen Fiction» Hay Sean.., aku Michel wanita yang paling cantik didunia... » Oh iya kamu mau ya jadi pacarku.. » Pokoknya mulai sekarang kita pacaran...TITIK!! » Hey, jangan dekatin pacar ku.., sana-sana..dasar cewek cabe. » kamu gapapa kan sayang? » hehehe...