Peristirahatan selamanya..

1.4K 38 11
                                    

Sean terus menangis dan menangis memeluk michel, kemarahannya, kesalahannya, penyesalannya dihempaskan dibawah langit hujan ini.

"hiks...hiks..hiks..michel..hiks.., Tuhan..hiks..hiks.." air mata yang tak hentinya, lalu sean menatap wajah michel penuh penyesalan. Hatinya kembali hancur melihat wanita yang dicintainya tak bernyawa lagi.

"hakss..hakss...michel..haks..maafkan aku..maafkan aku hiks..hiks.." sean pun menyatukan kening mereka.

"pergilah sayang..hiks..hiks.. beristirahatlah dengan damai sayang.., kamu sekarang tidak merasakan sakit lagi..hiks..aku ikhlas sayang..aku ikhlas melepaskanmu.., haks..haks..aku akan merindukanmu sayang..aku akan merindukanmu hiks..hiks.. I love you chel..i love you..i love you.."

Lalu sean bangkit berdiri, membawa mayat michel dalam gendongannya, air mata sean terus mengalir, hujan sebagai saksi perpisahan mereka.

"loh..sean..sean.." itu suara glova tapi sean tak menghentikan langkahnya.

" bang..tunggu..bang.." glova dan jordan berhasil mendekati sean.

"astaga, michel kenapa bang? dia pingsan?" air mata sean semakin berderai melihat wajah michel.

"bang dijawab dong, michel pingsan? ayo bawa ke dalam dulu, biarkan dia istirahat. Malah dibawa hujan-hujan lagi, ayo..." sean menahan langkahnya.

"sean, ayo ke dalam dulu." sahut jordan yang sedang memegang payung.

"hiks..hiks..hiks.." isak tangis sean membuat glova dan jordan kaget.

"bang.., kenapa? kok menangis?" sean pun menatap mereka dengan wajah terlukanya.

"bang, ayo ke dalam..pasti kalian udah kedinginankan? apa lagi michel pasti udah kedinginan." lagi-lagi sean menahan langkahnya.

"bang..bang..SEAN..!!" bentak glova saking geramnya.

"kamu kenapa sih? ayo ke dalam..kalau kamu ga mau, sini aku yang bawa michel."

"jangan.." lirih sean.

"jangan kenapa? sini michel sama aku aja.." sean menahannya lalu menggeleng dengan menatap glova penuh luka.

"ba..bang..bang.." sean semakin menggeleng.

"hiks..hiks..michel udah..udah pergi..hiks.." tangan glova langsung lemas lalu melihat wajah michel dengan dada sesak, berbeda dengan jordan karena dia ga tahu kebenarannya kondisi michel.

"bang..bang..kamu bohongkan?" tanyanya dengan nafas tecekat.

"hiks..michel udah pergi..dia udah pergi ninggalin kita glo..hiks..hiks..michel pergi."

"astaga, maksud kamu apa sean? ninggalin kita? michel disini loh.." sahut jordan.

"ga..ga..ga mungkin..ga mungkin michel pergi bang..ga mungkin..GA MUNGKIN..!!" glova histeris lalu menggoncang tubuh michel hingga mereka merosot ke tanah.

"michel bangun...michel...michel bangun...hiks..MICHEL BANGUN..BANGUN MICHELL..., arghhh...!!" glova frustasi setelah percaya kalau michel udah pergi selamanya, glova memeluk michel begitu erat, pecah sudah tangis mereka berdua.

"haks..haks..michel..jangan pergi..hiks..jangan tinggalin aku..jangan tinggalin aku chel..hiks..michel bangun..bangun chel.., aku mohon bangun chel.."

"dek.., udah dek..kamu harus ikhlas ya.." sean mengusap kepala glova yang masih menangis memeluk michel.

"haks..haks..michel..michel kenapa kamu tega ninggalin aku..hiks." ucap michel sambil mengusap wajah pucat michel.

"kita bawa ke rumah sakit ya dek, biar michel dibersihkan disana.."

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang