Hampir ketahuan...

510 29 4
                                    

Aku masih termenung dikamar mengingat perjumpaan ku dengan sean kembali. Rindu ku terbalaskan melihat wajahnya meski dia tak merindukan ku ditambah lagi tatapannya begitu dingin.

Namun ada membuatku teringat saat diminta guru berakting depan kelas, aku ga menyangka sean melakukan adegan yang menurutku menyinggung kejadian yang kami alami. Lucunya aku juga membalas singgungannya.

Entahlah kenapa aku bisa spontan mengatakan hal yang tak seharusnya aku ucapkan hingga itu terlihat membuat sean kaget ditambah aku juga meneteskan airmata karena ucapan ku adalah ungkapan isi hatiku.

"huh..! Aku senang akhirnya ketemu sama kamu sean.., bisa melihat wajah kamu lagi.." ucapku sambil mengusap wajahnya di handphoneku.

"meski hubungan kita sekarang sangat buruk sekali, tapi aku ikhlas kok kalau kita harus dingin seperti ini asal aku bisa melihat kamu aja cukup kok."

"lagian..aku tidak banyak waktu lagi untuk melihat mu selama ku inginkan."

Tiba-tiba aku teringat sesuatu saat jam istirahat, sungguh tidak seperti ku harapkan, malah dia semakin membuat hatiku panas terlebih dengan sikap manisnya pada mita.

Namun, aku mencoba bersikap tenang seakan tidak perduli dengan apa yang dilakukan. Meski tatapan kita sempat ketemu namun saat dia berbalik arah, aku langsung berlari kecil. Mengingat itu membuat airmata ku menetes lagi.

"sean.., aku tak tahu maksud kamu tadi apa. Bersikap peduli dan manis pada mita. Apa kamu sengaja ingin membuat ku cemburu hm?"

"kalau iya, kamu bener..aku sangat cemburu sean.." lirihku sambil mengusap airmata dipipiku.

"kamu sangat tahu kalau aku cinta sama kamu..dan itu kesempatan kamu memanasi hatiku."

"kenapa kamu setega itu sean? Aku udah pernah bilang, ga apa kalau kamu tak mencintai ku tapi bukan berarti kamu semakin puas menyakiti hatiku. Hiks..hiks..aku sangat terluka sean."

"michel..." aku langsung menghapus airmataku.

"mama..ih..mama kok ga ketuk pintu dulu sih."

"hehehe, kamu terlalu asik sama dunia sendiri sampai ga sadar mama ketuk pintunya."

"benerkah?" mama mengangguk.

"waktunya minum obat ya sayang.."

"iya ma.." aku pun minum obat yang diberi mama.

"gimana sekolahnya tadi nak? Apakah teman-teman kamu masih merindukan mu nak? Atau mereka marah sama mu nak?" tanya mama sambil mengusap rambutku.

"mereka masih menunggu kehadiranku kembali ma,  mereka sangat baik padaku."

"mmm, syukur lah kalau gitu. Lalu,  gimana dengan sean?" aku terdiam.

"michel..gimana dengan sean nak? Apa dia merindukan mu?" aku pun menggeleng sedih.

"ga ma..,sean tidak mungkin lagi merindukan ku bahkan tidak mengharapkan kehadiranku lagi.  Semua masih sama ma.." aku menatap wajah mama dengan berlinang.

"jangan sedih sayang.., biarkan saja dia tak merindukan mu. Jangan jadi beban pikiran mu ya nak.."mama menghapus airmata ku yang udah terjatuh.

"ga kok ma.., aku baik-baik aja kok.  Ga usah cemas ya ma.."

"nah gitu donk, harus tetap semangat..kuat." aku pun mengangguk.

"ma..michel mulai ngantuk nih."

"tidurlah sayang.., mama masih disini nemani kamu.." mungkin pengaruh obatnya jadi buat aku ngantuk, ga lama aku pun tertidur.

****

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang