Aku masih dikamar menunggu glova datang kerumah, karena hari ini ada acara perpisahan kelas. Aku jadi teringat dengan beberapa waktu yang lalu, dimana aku awalnya belum dapatkan ijin dari keluarga termasuk papa. Dan lagi-lagi abang dan mama yang membujuk papa.
#flashback on
"ga, papa ga setuju kalau michel keluar rumah apa lagi keacara perpisahan mereka. Dia masih sakit..kalian mikir ga sih?" geram papa sama kita terlebih sama abang.
"papa.., kita tahu michel masih sakit. Tapi bukan berarti dia harus terkurung terus dirumah. Ngerti donk pa.."
"papa bilang ga ya ga.., ngerti ga sih geo? Kamu ini selalu aja membela dan menuruti kemauan michel. Dan kalian ga lupa kan, karena ikuti kemauan dia dari dulu, sampai-sampai dia drop lagi, dan harus melewati masa kritisnya." aku cuma bisa diam aja dengan nafas tercekat.
"tapi pa.."
"kalau kita tidak menuruti kemauan dia untuk bersikeras kesekolah, bersikeras dirawat dirumah sakit, mungkin dia masih bisa lebih lama bersama kita..hiks..ga dengan keadaan sekarang. Hiks..waktu adik kamu ga akan lama lagi geo." aku juga meneteskan airmata mendengar curahan hati papa.
"papa..., geo mengerti maksud papa, dan bukan hanya papa tapi geo dan mama juga sedih melihat kondisi michel sekarang. Maaf kalau kita mengikuti kemauan michel, bukan kita melawan ucapan papa. Tapi.., semua ini demi michel..demi buat dia bahagia, senang selagi itu menguatkan dia." ucap abang sambil mengusap pundak papa yang udah bergetar karena menangis.
"hiks..tapi bagaimana kenyataannya hem? Dia selalu memburuk...dan..dia kita hanya menunggu waktu aja." papa terduduk lemas disofa.
"kita tidak bisa menyesali kejadian yang udah terlewatkan pa. Dan sekarang, papa, aku dan mama udah tahu apa yang akan terjadi pada michel. Bukannya dokter udah mengatakan pada kita untuk memanfaatkan sisa waktu michel buat membahagiakan dia?" papa semakin terisak.
"itulah alasan kenapa dokter melepaskan michel dari rumah sakit? Dia tak ingin michel menyelesaikan hidupnya dengan tersiksa dirumah sakit ini belum lagi alat-alat medis kejam itu."
"dokter hanya ingin memberikan michel untuk menghirup udah segar lagi, menikmati suasan yang udah lama tak dirasakannya. Bukan hanya kita memutuskannya, bahkan michel..michel mengikuti saran dokternya. Michel ingin menghahiskan sisa waktunya untuk orang-orang yang dia sayang."
"papa.., ijinkan michel menikmati sisanya bersama teman-temannya ya, dia juga sangat merindukan teman sekolahnya." ucap abang memohon, tapi belum dijawab papa.
"papa.., mama setuju kata geo..biarkan michel menikmati sisanya bersama temannya. Demi michel pa..demi kebahagiaan anak kita." ucap mama dan aku cuma melihat papa yang juga menatap aku, aku menunduk saat melihat papa berjalan mendekati aku.
"michel..." ucap papa lembut sambil memegang kedua tanganku yang posisinya berlutut didepan kursi rodaku.
"michel lihat papa nak.." isakku pun terdengar pelan.
"sayang..lihat papa nak.., jangan takut nak.." kali papa mengusap kepalaku dan aku pun mengangkat wajahku menatap papa.
"ma..maaf papa..maafkan michel.." ucapku dengan masih terisak, papa pun menggeleng.
"jangan minta maaf sayang.., bukan salah kamu nak."
"hiks..maaf kan michel yang ga mendengarkan ucapan papa. Andaikan michel menuruti ucapan papa dulu, mungkin michel ga seperti sekarang ini. Hiks..hiks..maafkan michel pa." mata sembab ku menatap papa penuh penyesalan. Tapi papa lagi-lagi menggeleng dengan senyum.
"tidak nak, bukan salah michel.., michel anak baik kok.., maafkan ucapan papa tadi mungkin menyinggung kamu. Jangan merasa bersalah sayang..., papa yang salah kok." tangisku semakin pecah dan papa langsung memeluk aku dimana kita sekarang sama-sama menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Nafas Terakhir
Teen Fiction» Hay Sean.., aku Michel wanita yang paling cantik didunia... » Oh iya kamu mau ya jadi pacarku.. » Pokoknya mulai sekarang kita pacaran...TITIK!! » Hey, jangan dekatin pacar ku.., sana-sana..dasar cewek cabe. » kamu gapapa kan sayang? » hehehe...