Berhenti mengusik?

862 40 1
                                    

Hatiku bener-bener sakit dengan sikapnya. Bisanya masakan yang aku buat khusus buat dia, yang aku rela bangun pagi sampai tanganku terluka kena minyak panas terlebih aku membuatnya dengan penuh perasaan tapi dia dengan gampangnya memberikan pada orang lain.

Tiga kali dia menolak pemberianku dengan kejamnya dan kali ini cukup. Kesabaran ku udah habis, aku ga akan melakukannya lagi.

Begitu aku meninggalkan kantin, aku langsung lari dan tujuanku gedung atas sekolah tempat dimana aku pernah menenangkan hati.

"hiks..hiks..kamu jahat sean.." isakku yang masih berlari.

"michel...michel.." aku mendengar  teriakan glo memanggil aku. Aku malah semakin mempercepat lariku.

"michel..tunggu..michel.." aku memilih bersembunyi dulu dibalik dinding jangan sampai dia melihat ku menaiki tangga.

Terlihat glo kehilangan jejakku, aku memgintip dia celingak-celinguk mencari ku. Serasa dia ga terlihat lagi, aku pun kembali berlari lebih cepat menaiki tangga dan akhirnya aku pun sampai diatas gedung sekolah meski kakiku capek. Biarlah hari kali ini aku cabut jam pelajaran.

"huhh..!!" aku memilih duduk dipapan sambil mengingat kejadian tadi dengan tangan bersender dipipi kiriku.

"emang aku seburuk itu dimata kamu sean? Salah aku memberi mu bekal?" tiba-tiba mataku memanas seakan siap menangis.

"aku kan udah bilang sama kamu sean, tak perlu kamu balas perasaanku.." blassh, akhirnya tumpah sudah air mata ku.

"andai kamu tahu sean.., apa alasan ku melakukan ini padamu..hiks..hiks..ak_" ucapan ku terhenti karena suara itu.

"michel.." aku kaget kenapa bisa glo ada disini, bukannya dia kehilangan jejak ya. Aku pun langsung berdiri menghapus airmata.

"chel.." dia semakin mendekatiku.

"glo, kamu kenapa bisa kesini." tanyaku syok.

"maaf chel..maafin sean.." aku tersentak saat melihat airmatanya jatuh terlebih kata maaf terucap dari bibirnya.

"kamu kenapa nangis glo? Aku gapapa kok.." jawabku sambil tersenyum.

"hiks..hiks..maafin sean..maafin abangku chel., aku tahu hati kamu terluka karna dia..hiks..aku tahu kamu menangis chel..hiks maafin sean." pertahananku runtuh lagi dan sekarang airmataku semakin deras berlomba-lomba.

"kenapa kamu keras kepala banget chel? Aku udah bilang jangan lakukan itu lagi, dan lihatlah kamu sakit hati lagi..kamu menangis lagi.., plis jangan lakukan itu lagi. Cukup ini yang terakhir chel.." pintanya dan aku cuma menunduk aja.

"chel..jawab donk chel..jangan diam aja."

"kamu bener glo, aku sakit hati..aku menangis karena dia." lalu aku mengangkat wajahku dan menatap dia sendu.

"a..aku terlalu suka sama sean..bahkan cinta."

"chel.." lirihnya sambil mengusap tanganku.

"aku ga tahu kenapa bisa jatuh cinta sama sean, padahal aku tahu dia tidak akan pernah suka sama ku, dan aku sangat tahu dia tidak suka sama kehadiranku..hiks..hiks.."

"chel..plis jangan tangisi dia lagi." pintanya.

"tapi hatiku yang meminta glo, hatiku meminta ingin bersama sean.., tapi dengan kejadian barusan, sepertinya aku akan mengikuti saran mu glo, aku ga akan melakukannya lagi."

Glo pun tersenyum dan langsung meluk aku, bahkan dia mengusap punggung berniat menguatkan aku lagi.

"jujur, aku juga pernah bilang kan sama kamu kalau aku sangat dukung kamu dekati abang ku, sangat dukung kamu usik abangku. Tapi bukan dengan cara dia seenak jidatnya aja sama kamu, okelah kalau dia cuma ngomel sama kamu tapi aku sangat tidak trima cara dia menolak bekal mu." saat dia bicara, aku mulai merasakan kepalaku pusing tapi aku coba untuk menahannya.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang