Semakin menjaga jarak

724 36 0
                                    

Begitu sampai dirumah, aku langsung berlari masuk kamar, disini aku memuaskan tangisanku. Aku menangisi semua kejadian hari ini disekolah.

Aku menangisi diriku yang udah ketahuan sama sean, dia melihat ku diriku sebenarnya, aku malu padanya dan aku yakin dia ingin menertawakan jeleknya aku sekarang.

Dan aku semakin yakin dia tidak tertarik dengan diriku, tidak menyukaiku apa lagi mencintaiku. Aku udah jauh dari kriteria dia. Aku menangisi kelalaian ku..

Oleh sebab ketakutan ku dan tidak percaya diri lagi, aku terpaksa melepaskan dia...aku terpaksa mengatakan untuk mendukung dia dengan mita meski aku kembali jujur padanya bahwa aku masih mencintainya. Aku hanya ingin meluapkan yang terpendam sekian bulan dihati dan tidak memaksa dia menjadi pacarku lagi.

"aaarghhh...hiks..hiks..aku malu..hiks..aku malu sama sean." tangisku pecah.

"sean udah melihat ku botak, hiks..saat keadaan sehat aja dia tidak tertarik padaku apa lagi keadaan ku sekarang pasti dia semakin tidak tertarik. Hiks..hiks..kenapa aku bisa lalai."

"aku benci kayak gini..aku benci..diriku yang penyakitan..aku benci Tuhan...hiks.." teriakku histeri.

"haks..haks..sean...sean..aku terpaksa melepasmu. Kamu juga tak pantas bersanding dengan ku.., kamu bisa mendapatkan lebih baik dari aku..hiks..aku harus menjauh dari mu sean.." isakku semakin lemah.

"aku juga capek sean..aku capek bermain dengan hatiku..aku capek mencintai kamu..aku capek berjuang untuk sembuh..aku capek..."

Mungkin karena kebanyakan menangis dan berpikir hingga membuat ku kecapekan dan berakhir tumbang lagi. Kepalaku dilanda sakit mendadak.

"aauh...aash.." ringisku sambil megang kepala.

"sean..i love you.." itulah kata terakhir ku sebelum pingsan.

"michel...michel..kamu baik-baik aja kan nak?" mama mengetuk pintu kamar michel.

"michel..mama masuk ya nak..?"

"michel..?" mama mulai panik karena michel tak kunjung buka pintu dan akhirnya mama masuk tanpa izin.

"astaga michel....!!" teriak mama saat melihat michel tergeletak dilantai.

"michel..nak..bangun nak..michel..mama mohon bangun nak.." mama menepuk pipi michel tapi michel belum sadar.

"hiks..sayang..jangan seperti ini..jangan buat mama takut nak..michel..michel..!!" tangis mamanya pun pecah sambil meluk michel.

"hiks..aku harus telpon geo." ucap mama berusaha tenang.

"halo geo..?"

"ya halo ma? Loh.. Suara mama kenapa?" geo mulai curiga sama mama.

"geo, kamu bisa pulang sekarang nak?"

"kenapa ma? Apa terjadi sesuatu sama michel?"

"hiks..iya nak..michel pingsan dikamarnya. Mama takut nak.."

"baik ma, aku pulang sekarang..mama udah telpon dokternya?"

"belum nak.."

"yaudah, aku akan bawa dokternya..mama jangan takut ya. Michel pasti baik-baik aja."

"iya nak, cepatlah kemari ya."

"oke, ma..aku matikan dulu ya."

"iya nak, hati-hati dijalan." geo mematikan sambungannya.

Mama pun mengangkat michel pelan-pelan kekasurnya. Mama ngelap badan michel, menggantikan bajunya dan sekarang mama masih setia duduk disamping michel sambil menggenggam tangannya.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang