Demi sean..

575 37 0
                                    

Pagi ini badanku lagi ga enak, tapi tetap masuk sekolah apa lagi kalau ga alasannya karena sean. Bucin banget dah aku nya..

"pagi ma, pa, bang.." sapaku sambil duduk dikursi buat sarapan.

"pagi juga nak.." jawab papa dan mama.

"pagi dek." jawab abang.

Aku pun tersenyum lalu menikmati sarapan bersama. Namun suara abang menghentikan kunyahanku.

"kamu sakit dek?" tanya abang dan mama serta papa pun melihat aku.

"eh, engga kok bang."

"wajah kamu pucat nak.." mama mulai panik.

"ya ampun mama..., aku gapapa kok. Ini mungkin ketebalan bedak kali ya. Hahaha.."

"yakin nak?" kali ini papa bicara.

"yakin loh pa, yok sarapan lagi.."

"kalau terjadi apa-apa kabari abang ya." aku pun mengangguk senyum.

"maaf, aku membohongi kalian...." batinku merasa bersalah.

Dan sekarang aku masih dalam perjalanan diantar abang geo. Jujur, yang paling peka sama aku tuh abang.  Dia cepat banget merasakan feeling yang berkaitan samaku.

"dek, kita kerumah sakit aja ya." mataku langsung membulat.

"ih, apaan sih bang..  Aku ini ya kesekolah lah..kenapa malah kerumah sakit. Abang aneh deh.." omelku

"sini abang pegang dahimu.."

"no..no.., tangan abang bau daging." elakku.

"sialan kau dek.."

"hahaha.., lagian abang sih dari tadi aneh mulu. Aku gapapa kok bang."

"abang bukan aneh dek, tapi khawatir aja sama kamu."

"makasih bang udah khawatir samaku, tapi percayalah aku sehat kok."

"huft, yaudah kalau gitu.." aku pun mengangguk.
|
|
|
"michel..." teriak glo.

"astaga glo.., kirain aku doank suka teriak ternyata kamu juga."

"hahaha, aku tuh suka teriak tauk..dirumah aja suka teriak ga jelas. Kalau kata sean, aku tuh 11,12 sama kamu,  hehehe.."

"ih, semakin cocok donk kita iparan."

"hahaha, bener tuh. Oh iya, kok kamu tumben lama sampainya. Biasanya kamu udah nunggu sean diluar." aku langsung menggaruk kepala karena udah terkenal suka nunggu sean.

"hehehe.., aku agak telat bangunnya."

"oouuwww., yaudah kita masuk yok."

Begitu masuk kelas, aku langsung teriak heboh lagi donk karena melihat sean duduk manis sambil baca buku dibangkunya.

"aaahhh. Sean ku.." teriakku heboh sampai semua murid dalam ruangan ini menatapku begitu juga dengan sean.

"astaga michel, kebiasaan banget sih teriak.."

"pagi-pagi udah ganjen nih anak.."

"seannya ga bakalan kabur anjir.."

"lama-lama sean stres lihat mu michel.."

"hehehe, suka-suka aku donk.. Bweekk..." balasku.

Itulah komentar teman-teman saat aku teriak heboh, namun beda dengan sean yang hanya menatap ku horor. Aku malah semakin berlari kebangku kita.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang