Ungkapan hati sean...

607 27 3
                                    

Begitu pamit pada michel yang tak melihat bahkan tak mendengarkan suaraku, aku semakin berlari menuju parkiran, bahkan hujan belum berhenti dan semakin deras.

"arghh..hiks.hiks..hiks..michel..hiks.." tangisku pecah didepan motorku.

"ahk.., ga boleh..ga boleh..michel ga boleh pergi..hiks..jangan ambil dia Tuhan, biarkan dia lebih lama bernafas didunia ini." aku terperosok ditanah dengan airmata semakin deras dibarengi sama air hujan.

"aku ga sanggup melihat dia tadi Tuhan, hiks..dia pasti berjuang untuk melewati kritisnya tadi."

"hhh.., aku harap kamu terus berjuang chel..., berjuanglah buat orang yang kami sayangi." aku menunduk karena mengingat dia sempat kritis. Lalu aku kembali berdiri, menyalakan motor dan pergi meninggalkan rumah sakit. Hujan pun aku tempuh.

Bahkan selama dijalan pun aku seperti orang linglung, pikiran ku masih terus ke michel. Tak bisa ku hentikan airmataku yang terus-menerus mengalir.

"chel, dengan kondisi kamu seperti ini..apakah kamu masih mengingat ku? Mengingat orang yang kamu cintai sekaligus menjadi orang yang menyakiti hatimu." ucapku dalam hati.

"apa kamu tak ingin mengenalku lagi? Sudah bisa melupakan ku chel?" hati seakan tak terima kalau itu terjadi.

Hujan udah berhenti, aku bersyukur tidak terjadi sesuatu dijalan saat mau pulang karena aku udah sampai rumah dengan selamat meski badanku basah kuyup.

Aku masih duduk diatas motor, aku mencoba menetralkan pikiran dan hatiku sebelum masuk dalam rumah.

"huh!! Kamu jangan terlihat mencurigakan depan mereka sean.., yang penting aku udah melihat michel.." sekali hela nafas aku pun turun dari motor dan berjalan membuka pintu rumah.

Pintu ku bukan dengan pelannya dan ku tutup kembali dengan pelan agar tak membangunkan mereka. Tapi, begitu aku berbalik badan, aku kaget saat mama berdiri dibelakangku.

"mama.." lirihku kaget.

"eeyann.." jawab mama mendekatiku.

"eeyan anyi nyaha ( sean dari mana)." lanjut mama, aku langsung menelan ludah.

"sean tapi kedepan sebentar ma..beli pulpen." bohongku.

"hmm, sean kekamar ya ma..badan sean basah." langkahku terhenti karena mama menahan tanganku.

"innyi..(ini)." mama memberikan ku handuk yang ternyata udah disediakannnya.

"ma..makasih ma..tapi sean harus ganti baju juga." lagi-lagi aku gagal kekamar karena mama memberikan ku baju juga.

"eemma..unya eyiap (mama sudah siapkan semua)." inilah mama ku sangat perhatian dan tahu kegelisahan anaknya meski kita berusaha menyimpannya.

Aku langsung membuka baju ku yang basah, ngelap pakai handuk lalu memakai baju yang telah disediakan mama.

"makasih ya ma.." mama pun mengangguk senyum.

"kita mau kemana ma?" tanyaku heran saat mama menarik tanganku.

"ngapain mama bawa aku kehalaman belakang ya.." tanyaku dalam hati.

Lalu mama mengajak ku duduk diayunan sofa kayu ini. Aku menatap mama bingung sementara mama menatap ku sambil mengusap jemariku dan punggungku. Ntah kenapa usapan mama menyentuh hatiku, mataku kembali berkaca-kaca karena teringat sama michel.

Usapan mama membuat pertahanan ku hancur, tadinya berusaha setengah mati untuk tidak menampakkan wajah kesedihan ku, tapi aku gagal...isak kecil keluarga dari mulutku. Mama langsung memeluk dari samping.

Hingga Nafas Terakhir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang