⏯🎶 Jaz – Teman Bahagia | ©VanteKim12
Menopang dagu dengan sebelah tangan, bola mata Arsa terus bergulir melirik suaminya di samping. Mengira-ngira dalam hati kenapa sosok pria mapan seperti Nathaniel mau-mau saja menikah dengan dia?
“Pak, mau tidur kapan?”
Sekarang sudah hampir tengah malam tapi Nathan masih tetap asyik berkutat di depan layar laptop.
“Kamu tidur duluan nanti saya nyusul.” Dia berujar pelan, melepas kacamata yang bertengger dipangkal hidungnya sembari menatap wajah mengantuk Arsa.
“Udah ngantuk?”
Kepala Arsa terangguk pelan lalu menguap sedikit lebar dengan mata memerah menahan perih. Jari telunjuknya terulur mengetuk-ngetuk lengan Nathan, tidak tahu kenapa. Iseng saja.
“Pak Nathan kalau malem suka tidur jam berapa?”
“Jam 1 atau 2, ayo bangun. Jangan tidur disini.” Diusapnya kepala Arsa agar kembali bangun, dia juga sudah mengantuk kalau dipikir-pikir. Tidak mungkin terus memaksakan diri agar bekerja ekstra hingga larut malam.
Bangkit dengan ekspresi lesu, Arsa bergumam samar entah mengucapkan apa. Menarik lengan baju Nathan diam-diam dan membiarkan tubuhnya bersandar mengikuti setiap langkah pria dewasa tersebut.
“Buka dulu matanya Arsa, nanti jatuh.”
“Ngantuk... gara-gara kelamaan nunggu Pak Nathan kerja.” Arsa berbisik sebal tanpa mau membuka mata dan terus menjadikan lengan Nathan sebagai pegangan untuk dirinya sendiri.
Walaupun belum bisa menerima pernikahan ini sepenuhnya tapi Arsa pikir tidak terlalu buruk kalau dia menjalin hubungan yang baik dengan Nathan. Anggap saja dia ini kakak idaman, bukan suami pilihan.
“Kamarnya deket, gak usah lebay!” Arsa tetap teguh menutup kedua matanya, beralih merangkul sebelah tangan Nathan erat-arat.
“Bapak jangan galak-galak, nanti Arsa aduin bunda baru tahu rasa!” Menghembuskan napas lelah, Nathan hanya bisa diam membiarkan lengannya dipeluk kelewat erat. Sedikit kesulitan begitu masuk ke dalam kamar karena posisi mereka yang masih berdempetan.
“Kalau di rumah jangan panggil bapak, nanti orang lain ngiranya kamu anak saya. ”
Arsa nyengir, melompat ke atas kasur setelah itu menarik selimut tebal hingga batas dada. “Kalau gitu Arsa panggil Kak Nathan aja ya.”
Sudut bibir Nathan tertarik mengulas senyuman tipis. Ikut berbaring disebelah Arsa dan menyisakan ruang pada bagian tengah.
“Besok berangkat sama saya jangan pergi duluan kayak kemarin.” kata Nathan memberitahu, menoleh sedikit ke samping saat tak kunjung mendapat jawaban kemudian mendengus lirih pada detik itu juga.
Dia sudah tidur, cepat sekali.
.
.
.
Matahari pagi itu sudah mulai terbit memperlihatkan sinar hangatnya diufuk timur. Kicauan burung dan tetesan embun dingin menjadi penghias lain seolah menyambut hari sekaligus aktivitas baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]