11

14.3K 1.6K 83
                                    

⏯🎶 Tulus – Teman Hidup | ©VanteKim12

Arsa penasaran, kepo luar biasa tapi tidak berani bertanya. Sebut saja takut.

Gara-gara obrolannya dengan Arkan sebelum tidur, otak payah Arsa malah merespons secepat kilat dan membayangkan sesuatu di luar batas norma kesopanan. Nathan sendiri sudah berdengung keheranan kala menatap wajah memerah Arsa.

Sedetik menggeleng, sedetik kemudian menggeram frustasi.

“Kenapa?”

Arsa berjengit kaget, duduk menjauh tanpa sadar dengan wajah yang kian memerah. Tangannya gemetar halus, meremat selimut tebal yang menutupi perut hingga kusut tak berbentuk.

Sial!

Seharusnya tadi Arsa menolak ajakan mengobrol dari Arkan.

“Bang, gue serius. Gimana malam pertamanya?”

Saat itu Arkan bertanya tanpa difilter terlebih dahulu. Arsa melotot horor, hampir saja menggeplak kepala adiknya menggunakan tutup panci.

“Gak ada malam pertama. Otak lo gak bisa dibersihin sedikit apa?

“Gak bisa, gue kepoan orangnya. Cerita dong bang, masa 3 minggu nikah lo gak pernah naena? Hah, jangan bilang lo gak tahu caranya, ya?”

“T-tahu, kok!”

“Halah, gak mungkin. Nih ya bang, sebagai seorang istri— maaf, maksud gue suami. Seharusnya lo itu nuntasin kewajiban lahir dan batin. Kasian bang Nathan cuman dikasih kewajiban lahir doang mah!”

Laknat, 'kan?

Seenaknya saja kalau bicara, Arsa jadi kepikiran sampai sekarang. Lagipula dia memang tidak pernah tahu  bagaimana caranya berhubungan khusus untuk laki-laki. Ribet mungkin.

“Arsa.” / “Kak.”

Keduanya memanggil secara bersamaan, Nathan terkekeh geli. Mempersilahkan Arsa untuk berbicara lebih dulu.

Entah karena efek terlalu mengantuk atau otak Arsa yang kelewat polos plus kepo, pertanyaan mengejutkannya terlontar begitu saja hingga membuat Nathan membeku tak percaya disertai rona merah di kedua pipi dan telinga.

“Kak, kalau buat laki-laki cara ngelakuin ‘itu’ nya gimana?”

Nathan terbatuk-batuk, mencoba menenangkan rasa shock di dalam hati tanpa mau menatap wajah manis Arsa. Takut kelepasan.

“Arsa, kamu ngigau ya? A-ayo tidur, ini udah malem.”

“Tapi Arkan bilang, Arsa harus nuntasin kewajiban lahir dan batin buat Kak Nathan.”

Wajah Nathaniel masih terlihat merona meskipun tidak sepekat sebelumnya. Jakun dia bergerak naik-turun karena perasaan gelisah, pembicaraan ini terlalu sensitif dan— intim?

“Arsa, soal kewajiban lahir batin itu bisa dilakuin kapan aja. Gak harus terburu-buru, kita bisa belajar pelan-pelan nanti.”

Kepala Arsa mendongak setelah itu berbaring miring dan memainkan kaus depan Nathan disertai perasaan bimbang. “Belajarnya darimana?”

“... Film atau buku? 'Kan kata kamu kalau nggak paham sama sesuatu bisa tanya mbah google. Lagian umur kamu juga masih 17 tahun, tunggu sampai dewasa aja ya.”

“Arsa otw 18 tahun.”

“Sama aja Arsa, nanti tunggu usia kamu 20 tahun dulu.”

Arsa menggigit bibir bawahnya kelu kemudian mengangguk paham sembari tersenyum manis. Memperlihatkan baris gigi putihnya kepada yang lebih tua. Perasaan Arsa menjadi lebih nyaman dan lapang setelah membicarakan masalah ini dengan Nathan.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang