Mereka sedang ada di Klinik terdekat, tentu saja untuk memeriksa kesehatan si kecil.
“Arsa cuman masuk angin sama maag, Pak Nathan gak usah cemas.” Begitu kata Dokter nya.
Ah, syukurlah.
Nathan benar-benar cemas saat melihat Arsa muntah-muntah dan menangis keras seperti bocah balita tadi pagi. Dia tidak tega, panik luar biasa lalu memaksa bocah ini agar mau diperiksa oleh dokter yang lebih ahli.
“Arsa 'kan udah bilang, ini cuman sakit biasa.”
“Tapi Mas khawatir sama kamu, sini.”
Pemuda manis itu mendekat dengan pandangan linglung lantas tersenyum lembut saat mantel hangat milik Nathaniel di sampirkan pada bagian bahu agar menutupi hembusan angin. “Masih dingin?”
“Udah nggak, makasih.” balasnya lirih dengan tawa hangat. Mata dia menyipit samar-samar, menarik tangan kanan Nathan lalu menggenggam kelewat erat. “Biar Mas gak kedinginan juga hehe~”
“Ayo pulang, bunda ada di rumah.”
“Eh? Kok bisa?” Bola mata Arsa membulat lucu dengan binar cerah. Tampak bersemangat sekaligus terkejut disaat yang bersamaan.
“Mas yang telepon, semalem kamu ngigau pengen ketemu Bunda 'kan?”
ᰔᩚ
“Mereka masih belum tahu soal masalah itu?” Suara Devan jatuh beberapa oktaf dengan alis bertaut halus. Tangan dia terlipat di depan dada, menatap lurus wajah bersalah Bella yang kini menunduk sembari menautkan jemari tangan gugup.
“B-belum.”
“Hah, kamu ini gimana sih? Mas 'kan udah pernah bilang buat kasih tahu mereka secepatnya.”
“Tapi kalau Arsa—”
“Bunda.”
Wanita paruh baya itu menoleh dengan wajah terkejut, kemudian mengulas senyuman lebar sembari merentangkan kedua tangannya guna menyambut kepulangan sang anak.
“Gimana kata dokter? Kamu gapapa?”
“Um, Arsa gapapa.” Surai hitam Arsa ikut terayun ketika dia mengangguk. Kedua lengan masih memeluk tubuh ringkih Bella erat.
“Lain kali jaga kesehatan kamu, jangan nyusahin Nathan lagi.”
Diusap pucuk kepala Arsa secara perlahan dengan pendar mata meredup. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Bella, begitu mengusik sampai tidak tega untuk memberitahu si kecil yang sebenarnya.
“Bunda mau ngobrol berdua sama kamu, boleh?”
Satu alis terangkat bingung. “Ngobrol apa?”
“Rahasia, ayo.” Menoleh sejenak, iris bening Bella berkilat seolah memberikan kode. Dagu dia mengedik, menunjuk Nathan yang baru saja datang diam-diam.
‘Kamu juga ngomong sama mantu sana.’
Devan mendengus jenuh sebelum berdeham lirih begitu anak beserta istri sudah menghilang dari balik pintu kamar utama.
“Nathan, Ayah bisa ngomong sama kamu sebentar?”
“... Bisa.”
ᰔᩚ
“Arsa sering ngelakuin itu sama Nathan?”
Terkejut? Jelas.
Antara malu dan sebal, Arsa mengiyakan ragu-ragu. Bibir dia melengkung ke bawah, memilin ujung baju tanpa niat menatap wajah hangat sang ibu.
“Emang kenapa? Arsa sama mas Nathan 'kan udah nikah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]