Deru napas Arsa Nandana memburu cepat dengan rona merah tipis pada kedua tulang pipi. Tangan dia terulur gemetar, mencoba menahan dada bidang sang suami yang kian menghimpit.
“Nngh, jangan di sofa!” Kepala Arsa berpaling menghindari pangutan Nathan. Jemari kaki dia sontak menekuk tanda gelisah sembari menggeliat berkali-kali. Pikiran Arsa total pecah karena sentuhan intim Nathan, meskipun begitu dia tetap menyukainya.
“Mas.”
“Jangan nolak, kemarin kamu yang minta 'kan?” Suara serak Nathan terdengar sangat dekat lantas menengadah terkejut ketika benda lunak tak bertulang membasahi garis leher pelan-pelan.
Si pelaku hanya terkekeh puas, mengecup bahu sempit Arsa lalu merambat turun dan menjilat pucuk dada remaja tanggung tersebut untuk dihisap berulang kali. Mulut dia terbuka sesaat, meremat surai halus Nathaniel sebagai ganti kenikmatan selagi mengerang tanpa tahu malu.
“Nanti ah, sofanya kotor!”
“Biarin tinggal beli yang baru, buka kaki kamu!”
Arsa merengek lirih sebelum menutup rapat kedua tungkai kaki malu. Mata dia bergulir gusar, berjengit kaget kala tamparan pada paha dalam dia dapat dari si pria.
Sakit.
“M-mas.” rengekan lirih terlontar disertai liquid bening pada pelupuk mata tersebut. Nathan menggeram gemas, menarik sebelah kaki Arsa agar mendekat guna mengukungnya lebih leluasa.
“Adek mau mas hukum?”
“Nggak mau.”
“Kalau gitu jadi anak baik, buka kaki kamu.”
Ragu, kedua kaki jenjang Arsa secara perlahan mulai terbuka, menyajikan pemandangan terbaik bagi sang suami. Telak, seringai Nathan terulas sempurna sebelum mengusap juga memeta paha dalam tersebut seksama.
Iris hitam dia menggelap menahan bisikan setan, lalu mengecup dan menggigit guna memberikan tanda kepemilikan. “Kamu punya mas, semua yang ada di dalam diri kamu cuman punya mas. Bukan orang lain apalagi Satria.”
“M-mas.”
“Jangan pernah kasih senyuman kamu buat siapapun kecuali buat mas, jangan terlalu deket sama siapapun kecuali sama mas dan jangan pernah lihat pria lain selain mas, ngerti?”
Tergugu sejenak, kilatan jenaka hadir dalam iris hazel Arsa. Sudut bibir dia tertarik membentuk senyuman manis, setelah itu mendorong bahu Nathan sekuat tenaga hingga duduk diatas paha kokoh kelewat cepat.
“Adek tahu kok.” Kedua tangan ramping Arsa memeluk leher Nathan tiba-tiba. Kelopak mata dia setengah bergetar dengan binar sayu. Tampak menggoda sang suami dengan bergerak konstan, menggesek pantat sintal kesana-kemari.
Bocah ini jadi semakin pintar menggoda, entah ilmu seperti apa yang sudah Arkan berikan.
“Arsa mau nyobain diatas, boleh?”
“Kamu bisa?”
“Bisa, kalau nanti gak bisa 'kan ada mas Nathan yang ngajarin.”
Pria itu terkekeh geli, duduk bersandar pada sofa seraya memeluk pinggang ramping Arsa tanpa niat menginterupsi. “Coba gerak, mas mau lihat.”
Merenggut sebentar, iris hazel Arsa bergulir memindai penampilan Nathan yang masih lengkap berpakaian sedangkan dirinya sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.
Tidak adil.
“Mas...” ucapan Arsa terhenti sebentar. “... Adek boleh main sama ini sebentar?”
“Main apa?” Suara Nathan semakin serak dengan pendar gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]