⏯🎶 Eclat – Bentuk Cinta
Pagi-pagi sekali bi Laila membuat keributan dengan mengutarakan satu pesan singkat; bibi mau pulang kampung.
Arsa terguncang panik hingga hampir pingsan, pikirnya jika bi Laila pergi siapa yang akan mengurus rumah dan membersihkan kotoran Loly? Siapa yang nantinya akan memasak atau sekedar mengusap debu di meja?
Arsa sungguh tidak bisa melakukan apapun tanpa bimbingan dari Bi Laila, saat memasak saja dia langsung kelimpungan sendiri dan berakhir diomeli oleh sang ibunda tercinta.
Tapi kalau ia menolak ijin bi Laila, ya tidak tega juga.
Arsa masih punya hati, anaknya bi Laila di kampung sedang sakit dan butuh perhatian lebih.
“Bi Laila jangan pergi lama-lama.” Suara Arsa melirih, memeluk tubuh ringkih bi Laila seolah tak ingin berpisah jauh. Padahal hanya pergi selama 1 minggu saja, tidak lebih apalagi kurang.
Di sampingnya ada Nathan yang sudah mendengus geli, namun tetap ikut berpelukan begitu Arsa mendelik sengit seolah ingin melontarkan kalimat secara tersirat.
‘Sini pelukan dulu!’
Tangis bi Laila pecah, jelas sedang merasa terharu karena perhatian kecil dari kedua majikannya. “Bibi pergi dulu ya den, jaga rumah baik-baik. Jangan sampai waktu bibi pulang nanti rumahnya udah hangus gara-gara kebakaran.”
“Gak lucu, emangnya Arsa apaan?”
“Maaf Den, bibi cuman khawatir sama keadaan rumah.”
Tertohok oleh sindiran tersebut, senyuman getir Arsa terulas mengiyakan perkataan bi Laila.
Apa dia seburuk itu dalam mengurus rumah?
Nathan sendiri sudah tertawa mengejek lalu menepuk-nepuk punggung Arsa prihatin. “Jangan sampai kebakaran ya, dek.”
“Kak Nathan, dih!”
“Bercanda.”
Bi Laila sedikit merinding, mulai geli melihat drama picisan majikannya secara live. Mereka ini kalau sudah menunjukan kemesraan khas pengantin baru tidak pernah tahu tempat.
“Den, bibi pamit pergi dulu, ya. Jaga rumah sama kesehatan terus jangan lupa buat momongan, biar disini tambah rame.”
Wajah Arsa memerah samar menahan malu, ingin mengumpat namun urung kala senyuman lembut dia dapat dari wajah tampan Nathan.
“Bibi doain aja dulu, siapa tahu beneran jadi. Ya 'kan dek?”
.
.
.
Aleta datang berkunjung.
Membawa seonggok plastik putih berisi bahan makanan serta senyuman manis menawan yang tersungging disudut bibir. Tidak ada kabar atau ancang-ancang sebelum datang mengetuk pintu depan. Sungguh dan untungnya beliau hadir saat sore menjelang.
“Mama.” Suara tenor yang lebih tua mengalun menyapa wanita paruh baya tersebut. Arsa diam-diam meringis kikuk dalam hati, ikut menyapa Aleta seraya mencium punggung tangannya sebagai salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]