10

14.8K 1.6K 31
                                    

⏯🎶 Dash Uciha - Merindukanmu

Suasana di rumah lebih ramai dari biasanya, Bunda tentu saja kesenangan sampai sibuk membuat kue dan puding di dapur. Arsa tadinya mau membantu tapi belum juga selangkah mendekat, dia sudah diusir dengan kejam. Nathan sendiri malah dimonopoli oleh ayahnya untuk bermain catur.

Arkan masih sibuk bermain game, berteriak sesekali saat hampir kalah dan mati dalam peperangan.

“Berisik malika, kalau mau teriak-teriak di hutan aja sono!”

“Sht! Gue lagi serius bang, lo jangan ganggu!”

Arsa mengumpat dalam hati, menambahkan volume TV penuh emosi hingga membuat suaranya terdengar keluar sana. Arkan mendelik, kali ini berteriak lebih keras lalu membanting ponsel di tangan karena kalah.

“Game-nya jelek anjer!”

“Lo aja yang cupu, baru juga maen udah kalah.”

Mata Arkan melotot nyalang, nyaris menggeplak kepala Arsa jika tidak ingat statusnya sebagai seorang adik yang berbakti. Arkan beringsut mendekat diam-diam, mencolek bahu si kakak sebelum bertanya disertai cengiran polos tak berdosa. “Bang, udah ena-ena belum?”

Arsa loading, mengunyah kue di mulut lebih lambat kemudian tersedak hingga matanya berair. “Uhuk! Uh-hoek!”

Arkan melotot, lagi.

Lalu berteriak nyaring sampai mengejutkan seisi rumah. “BUNDA, AYAH, BANG ARSA UDAH HAMIL!”

Plak!

“Aduh!”

Di geplak kepala Arkan menggunakan remot. “BANGSAT, GUE GAK HAMIL BABI!”

Arsa benar-benar emosi sekaligus malu. Sungguh.

Entah kenapa hari ini dia sensitif sekali.

.

.

.

Nathan menghembuskan napas panjang, mengusap bahu tipis Arsa yang terus bersembunyi didalam selimut sejak tadi dengan penuh kesabaran. Setelah pertengkaran konyolnya dengan Arkan, pemuda ini langsung mengurung diri tanda marah.

Heran sebenarnya siapa yang berperan sebagai kakak disini, Arsa atau Arkan?

Si adik sudah minta maaf, bilang kalau tadi hanya candaan semata. Tapi Arsa tetap bersikeras menyembunyikan dirinya di dalam selimut tebal, Nathan saja sampai kewalahan menahan perasaan kesal. Ayah dan Bunda sudah berpasrah diri, jelas tahu jika Arsa marah akan sangat sulit untuk membujuknya.

Jadi mereka serahkan sepenuhnya tugas ini kepada Nathan.

“Arsa.”

“Pergi sana.”

“Arsa gak baik ngusir suami sendiri.”

“Arsa juga suami Kak Nathan.”

Oke, itu terdengar familiar. Bocah ini juga pernah mengatakan kalimat yang sama saat sedang marah.

“Arkan tadi cuman bercanda, jangan marah lagi, oke?”

Kepala Arsa menggeleng cepat dari balik selimut, berbisik penuh penekanan dan sukses membungkam mulut Nathan detik itu juga. “Arsa 'kan cowok, tapi malah disebut hamil. Secara nggak langsung dia udah nyinggung perasaan Arsa. Mau dibuat sekeras apapun juga Arsa gak akan bisa hamil, gak bisa kasih anak ataupun cucu.”

“Arsa, lihat sini dulu.”

Lagi-lagi dia menggeleng dengan keras kepala. “Kak Nathan pasti kepaksa nikah sama Arsa, mama sama papa juga pasti bakalan kecewa dan ngarepin cucu kandung dari kak Nathan. Makanya dari awal Arsa gak pernah setuju buat nikah sama—!”

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang