15

14.3K 1.5K 75
                                    

⏯🎶 Taeyong & Punch – Love del Luna

Kacau.

Arsa benar-benar payah dalam hal memasak, bahkan untuk sekedar memotong sayur saja dia membutuhkan waktu lebih dari setengah jam. Nathan menghela napas panjang, Aleta tersenyum geli dan mengangguk maklum.

“Arsa duduk aja ya, biar Mama yang masak.”

Beruntung Aleta sangat pengertian dan baik. Benar-benar mirip dengan Nathan yang selalu sabar menghadapi kekurangan pasangan kecilnya. Arsa meringis tak enak tapi tetap menurut dan duduk diam bagaikan anak kecil.

“Maaf, Arsa udah bikin susah.” Berbisik kecut, Arsa mengabaikan usapan Nathan pada pucuk kepalanya.

“Gapapa, kamu bisa belajar masak kapan-kapan.”

Menunduk dalam-dalam, jari-jemari Arsa meremat kain celananya sendiri dengan gusar. “Kak Nathan gak marah?”

Nathaniel tersenyum tipis lalu merubah posisinya menjadi berjongkok dihadapan Arsa. Dia raih kedua tangan ramping si manis untuk digenggam. Aleta hanya memperhatikan dari kejauhan, terkekeh kecil sebelum kembali fokus pada sayur sop di panci.

Ternyata anaknya bisa sangat romantis, Aleta baru tahu itu.

“Saya gak mungkin bisa marah sama kamu... ” Ada jeda sebentar disela-sela kegiatannya mengecup punggung tangan Arsa. “... Setiap orang pasti punya kekurangan dan saya hadir buat melengkapi kekurangan kamu. Begitu juga sebaliknya, jadi jangan sedih lagi oke.”

“Mas.”

“Hm?”

Bola mata Arsa berkaca-kaca, ikut mengecup punggung tangan Nathan berkali-kali tanpa aba-aba. Hatinya hangat, namun lebih dari itu ada perasaan lapang yang mengisi rongga dadanya. “Makasih.”

Kebaikan apa yang sudah Arsa perbuat di masa lalu sampai mempunyai suami sebaik Nathan?

“Jangan bilang makasih, saya 'kan suami kamu.”

“Terus bilang apa?” Tanya Arsa bingung disertai kedipan lucu. Nathan menyeringai jahil, menunjuk kedua pipinya sebagai ganti sembari berkata pelan.

“Cium disini.”

Blush.

“A-ada Mama.”

Benar juga, Arsa pasti malu.

Lihat saja pipinya, sudah sangat merah sampai merambat ke daun telinga. Nathan gemas, ingin sekali menggigit dan memeluk tubuh rampingnya erat-erat.

“Kalau gitu di kamar sebelum tidur. Nanti Mas tagih utang kamu.”

.

.

.

Langit-langit kamar mereka dihiasi oleh bintang-bintang kecil. Bukan bintang sungguhan, itu stiker yang sengaja Arsa pesan untuk ditempelkan disana.

Dia tidak terlalu suka kalau kamarnya bernuansa  gelap dan suram bahkan Arsa sengaja memilih cat dinding berwarna baby blue agar terlihat lebih cerah. Nathan manggut-manggut saja, menyerahkan semua urusan kamar kepada Arsa. Yang penting masih bisa di tiduri dan tidak pengap oleh berbagai perabotan aneh.

“Belum tidur?”

“... Belum, lagi nunggu utang kamu. Kapan di bayarnya?”

Lagi, kedua tulang pipi Arsa merona hebat. Merasa sedikit kesal karena Nathan benar-benar menganggap itu utang. “Arsa malu.”

“Waktu di minimarket kamu gak malu cium saya.”

Oh, kenapa Arsa tidak ingat, ya?

Itu memalukan sekali, omong-omong.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang