Julian baru tahu kalau Arsa sudah pernah melakukan hubungan itu.
Iya itu, hubungan suami-suami.
Dari cara berjalan sahabatnya juga dari cara pemuda tersebut menutupi kerah leher terus-menerus sampai gerakan gelisah menahan ringisan perih. Julian merekam semua kecurigaan sejati dalam sekali pandang.
“Sa, lo udah pernah ngelakuin itu sama Pak Nathan?” Makanya Julian langsung bertanya dengan wajah tanpa dosa.
“Hah? K-kata siapa?”
“Jalan lo kayak emak-emak ngangkang goblok!”
Babi!
Arsa mencebik sinis dengan wajah merengut, mata dia memincing kesal. Kembali menutupi lehernya sebisa mungkin agar tidak terlihat oleh orang lain.
“Enak gak, Sa? Ceritain dong gimana rasanya!” Julian mencerca dengan wajah memelas tampak begitu penasaran tentang rasa dari kegiatan sakral selepas menikah.
“Lo mau tahu? Serius?”
“Serius njing, cepetan ceritain. Biar gue bisa buat persiapan sebelum nikah nanti.”
“Gini ya Jul, sebenernya main itu tuh gak enak. Sakit, kayak di belah pake pedang. Eh, tunggu! Lo pihak nusuk atau ditusuk? Kata Arkan kalau hubungan sesama cowok ada dua posisi tapi emangnya lo suka cowok?”
Julian berpikir sebentar, menggaruk kepala sesekali disertai cengiran penuh arti. “Gebetan gue cowok tapi gue lebih suka nusuk. Lebih mantap.”
“Emang kalo nusuk lebih enak ya?”
Kok, Arsa baru tahu.
Arkan tidak bilang apapun soal posisi mana yang lebih enak. Dia hanya bilang kalau Arsa pihak bawah. Tinggal pasrah dan melayani tanpa harus melawan.
“Gebetan lo siapa Jul?”
“Itu lho, si gula-gula manis tapi pedes yang kulitnya putih kayak cat tembok.”
“Oh, bang yogi? Lo suka sama kucing garong?”
Senyuman Julian luntur tergantikan wajah masam dengan gurat sebal. Jelas, merada tidak terima pujaan hati disebut kucing garong oleh Arsa. “Pak Nathan kuat gak, Sa?”
Kali ini ekspresi si manis yang berubah. Rona merah tipis hinggap meski hanya sesaat. “I-itu privasi t-tapi emang kuat kok!”
“Lo bohong ya?” Ada candaan dalam pertanyaan barusan.
Arsa mendengus keras. “Bohong dosa, gue jujur kok. Mas Nathan emang kuat, suami idaman!”
“Dih, bucin.”
“Biarin, daripada jomblo.” Arsa balas mencibir sebelum bangkit dari posisi duduk.
“Lo mau kemana?”
“Ketemu suami, mau makan bareng. Bye jomblo~”
ᰔᩚ
“Pak Nathan udah makan siang? Saya kebetulan bawa bekal dari rumah lho, kalau mau—”
“Gak usah Bu, makasih.” Nathan menyela dengan cepat, wajah risih bahkan ditunjukkan secara terang-terangan walau tak gubris oleh wanita di samping.
Bu Elsa, wanita cantik yang berperan sebagai guru matematika ini. Tidak pernah menyerah mendekati Nathaniel sekalipun sudah tahu perihal status menikah dari pihak si pria.
Terlalu pantang menyerah dalam konteks mengejar pasangan orang lain.
“Saya denger Pak Nathan lagi kurang enak badan, kalau mau saya bisa bantu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanficKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]