13

13.8K 1.5K 118
                                    

⏯🎶 Virgoun – Bukti

“Bunga dari siapa?”

Arsa mengangkat pot bunga ditangannya dengan cengiran lebar, berniat menunjukkan hasil rampokannya kepada sang suami. “Dikasih sama mama Jul, bagus gak Kak?”

Sudut bibir Nathan berkedut tak percaya, melirik diam-diam bunga matahari yang terlihat segar dan cantik. “Yakin itu dikasih? Bukan minta?”

Kelopak mata Arsa berkedip sesaat, luntur sudah cengirannya karena pertanyaan menohok Nathan.

Wajahnya berpaling kesamping jendela, terlihat malu sekaligus sebal sebelum berujar ringan tanpa beban. “... Sama aja.”

Nathan terkekeh kecil, mengusak pucuk kepala Arsa gemas hingga membuat tatanan rambutnya semakin teracak tak beraturan. Kata ‘diberi’ yang ada di kamus hidup Arsa jelas berbeda dari makna aslinya.

Dulu, saat mereka masih bertunangan juga Arsa pernah meminta satu toples manisan buah kepada Aleta (Mama Nathan) kemudian bilang pada dia kalau itu sebenarnya hasil pemberian bukan hasil meminta.

“Udah makan?”

Kepala Arsa mengangguk cepat. “Udah, tadi di rumah Julian.”

“Nggak minta, kan?”

Kali ini kepala Arsa menggeleng sebagai jawaban. Bola matanya bergulir kesana-kemari seraya berbisik pelan melontarkan pembelaan diri.

“Tadi Arsa cuman nanya ‘boleh nyobain nasi-nya gak?’ Terus mama Jul bilang boleh. Yaudah Arsa makan aja.”

Tawa renyah Nathan mengudara seketika, mengelus perut tummy Arsa main-main hingga membuat si empunya berjengit kaget dan memukul punggung tangan Nathan agar menyingkir.

Itu geli.

“Gak ada yang lucu, dih. Jangan ketawa!”

.

.

.

“Meow~”

Arsa tertawa lepas dengan jari tangan yang sibuk mencubit hingga menarik-narik telinga runcing Loly. Bahkan pemuda itu tanpa segan menciumi wajah si kucing tanda gemas. Nathan mendengus, menarik tubuh ringan Arsa agar duduk diam diantara kedua kakinya.

“Sini dulu Arsa, rambut kamu masih basah!”

“Nanti juga kering sendiri, Kak.”

Baru saja Arsa akan merangkak pergi mendekati Loly, perutnya sudah ditarik oleh Nathan agar diam dan duduk patuh seperti anak balita. Arsa mendelik, ikut menarik si kucing agar duduk diatas pangkuannya.

“Kak, mau belajar kapan?”

“Belajar apa?”

“Belajar ituuu.” Bibir Arsa mengerucut ke depan disertai rona samar pada tulang pipi.

“Itu apa?”

“Ya itu!”

“Ya itu apa?” Sudah pasti Nathan sengaja mengulang pertanyaannya. Gemas ingin menggoda walaupun debar jantungnya sendiri kian menggila.

Dia merenggut, berusaha lepas dari kurungan lengan Nathan dengan menggeliat dan menggigit punggung tangan sang suami.

Jika dipikirkan lagi, bukankah Arsa terlalu santai saat membicarakan masalah hubungan intim?

Entah pikirannya yang terlalu polos atau batin Nathan yang terlalu kotor. Mentalnya belum siap sedia menerima segala pertanyaan bermakna ambigu tersebut.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang