“Sekarang libur, kamu mau kemana?”
Matahari bahkan belum sepenuhnya terlihat tapi Arsa sudah bersiap dengan handuk di tangan. Alis Nathan berkerut halus tampak mendengus sebelum bangun dan menarik pergelangan tangan Arsa hingga duduk diantara kedua kaki patuh.
“Gak mau tiduran lagi? Mas masih pengen peluk kamu.”
“Arsa mau mandi dulu, tadi Mama telepon.”
“Telepon?”
Bergumam mengiyakan, pemuda manis itu mengubah posisi duduk semula agar menghadap sang suami. Lengan menumpu pada bahu tegap Nathan, bergerak sesekali menggoda adik kecil si pria.
“Shh, Arsa!”
Terkikik geli, Arsa segera melontarkan permintaan maaf dan mengelus barang Nathan sebagai gantinya. “Tadi Mama telepon soal apa?”
Sebelah tangan Nathan terangkat menyisir surai hitam Arsa, sedikit berjengit ketika macan kecil tersebut meluncur turun dan berhadapan langsung dengan organ genital Nathan dibalik celana bahan.
Geraman sebal sekaligus gemas terdengar samar-samar, Arsa mendongak tak lama kemudian. “Mau nyapa temen Arsa doang, boleh 'kan ?”
Bocah ini, entah sejak kapan menjadi sangat nakal.
“Mama bilang nanti bakalan ada yang dateng buat nganter makanan. Gak tahu siapa— eh, kok makin bangun?”
Tentu saja dia semakin bangun, tangan laknat Arsa sejak tadi terus mengelus tanpa tahu malu.
“Arsa mandi sana!”
“Sebentar, masih pengen nyapa.”
Mencegah yang lebih muda agar tidak berbuat lebih, sepenggal kalimat bermakna ganda milik Nathan terucap mengejutkan Arsa. “Yaudah mandi bareng aja, nanti kamu bisa nyapa dia sambil berendam.”
.
.
.
Tepat pukul 8 pagi, pintu utama rumah mereka diketuk oleh seseorang. Bi laila belum pulang oleh karena itu Arsa buru-buru mendorong tubuh Nathan agar menjauh dan memakai baju secepat kilat.
“Ck! Kenapa mas gigit leher Arsa sih? jadi susah nutupin-nya”
Terlalu banyak lukisan yang menghiasi leher jenjang Arsa. Wajah dia sudah merah padam, mengelak sebal kala ciuman panjang hampir singgah sebagai balasan. “Awas dulu, itu ada tamu!”
“Biarin.”
“Mas awas, Ah! Jangan digigit lagi lehernya, ini aja!” Ujung jari Arsa menunjuk dada sendiri sebentar lalu menggeleng dan berjalan menjauh dengan jantung berdegup cepat.
Sayang, lengan ia ditahan sigap.
“Kalau udah ngasih gak boleh ditarik lagi.”
“J-jangan sekarang, ngh” Tubuh Arsa bergetar halus saat gigi tajam Nathan menggigit pucuk dada main-main. Tampak mengerang tertahan begitu lidah basah si pria ikut andil menggoda kewarasannya.
“M-mas.”
Tungkai kaki dia melemas, bersandar pada lemari kayu dan menekan belakang kepala Nathan agar tetap mengecap puting ranumnya lebih rakus.
Tok, tok.
Ah, sial.
“Hh udah, ada tamu!”
Melepaskan sesapan pada pucuk dada sejenak, Nathan merutuk menyumpahi tamu diluar sana dalam hati.
“Biar mas yang bukain pintu, kamu pake baju yang lebih tertutup dulu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]