Flashback | 3

11.8K 1.1K 271
                                    

⏯🎶 Still With You – Jungkook







Mengetuk pinggiran meja dengan wajah gelisah, iris hazel Arsa Nandana terus bergulir menatap siluet bayangan Nathaniel dari balik sudut matanya.

Malam itu adalah hari perjodohan mereka. Nyaris saja debar jantung Arsa terhenti seketika begitu tahu siapa calon suami yang akan dia nikahi nanti.

Bagaimana tidak?

Guru sejarah Arsa sendiri yang dikenal galak dan pendiam, muncul tanpa aba-aba kemudian duduk berhadapan dengan dia disertai atmosfer mengerikan. 

Arsa luar biasa takut, berusaha menahan diri agar tidak kencing di celana dan mengumpulkan nyali menatap netra kelam Nathan. “A-a—”

“Kamu setuju sama pernikahan ini?”

Belum sempat dia bicara, pertanyaan sesat dari mulut Damian sudah lebih dulu menghalangi. Nathan mengangguk tanpa penolakan apapun. Wajah dia tetap datar, menyesap minuman dari gelas selagi memindai gerak-gerik penolakan Arsa tajam.

“Kapan pernikahan nya?”

Sengaja!

Arsa tahu Nathan sengaja mengajukan pertanyaan itu agar dia tidak bisa menolak. Bella dan Aleta tersenyum kelewat lebar, Devan mengangguk penuh arti dan menepuk bahu anaknya pelan. “Secepatnya, Arsa juga sudah siap.”

“Ayah—” Sejak kapan Arsa sudah siap?

Wajah elok remaja tanggung itu menekuk masam, lantas memainkan jemari tangan diatas meja sembari mencebik, menghujani Nathan umpatan. Sialan!

Aleta tersenyum diam-diam, menyenggol bahu putra semata wayangnya pelan sebelum mengedik; menunjuk si kecil di ujung meja sana. “Ajak ngobrol.”

Mengangguk sekilas, garis pandang Nathaniel lagi-lagi tertuju memandangi Arsa. Sudut bibir dia berkedut, membuang napas panjang lamat-lamat dan berdiri mengejutkan semua orang. “Nathan—” Damian tidak tahu maksud tujuan anaknya saat ini.

Mata dia melotot, memberi peringatan agar sang anak itu duduk kembali. “Saya boleh bicara sama Arsa sebentar?”

“Hah? B-bicara sama saya pak?”

“Hm, berdua.” ujar Nathan memperjelas.

Keringat dingin jatuh membasahi kening si manis, pikiran buruk serta rentet nilai ulangan entah mengapa terlintas begitu saja menghantui batin Arsa. “A-arsa gak mau!”

“Kenapa?” Nada bicara Nathan berubah dingin, jelas merasa tertolak oleh pengakuan sepihak remaja tanggung tersebut.

Sadar bahwa guru sejarahnya kian marah, kepala bersurai hitam Arsa kembali menunduk; menghindari tatap tajam Nathan. Kuku jari dia beradu menimbulkan bunyi jentik samar.

Bella yang berada disamping kursi, hanya tersenyum menasehati putra sulungnya. “Jangan kayak gitu dek, sana ngobrol sama calon suami kamu.”

“Bunda~” 8dia merengek, menggenggam erat ujung baju Bella bagaikan anak kecil yang akan dibuang oleh orang tuanya ke pinggir jalan. Bukan bermaksud tidak sopan tapi Arsa benar-benar takut acap kali berhadapan dengan Nathan. Walau pertemuan pertama mereka cukup baik tapi bukan berarti hubungan mereka juga cukup baik.

Nathan selalu membentak dia saat di kelas, bahkan ketika dirinya sedang bercanda dengan teman sebangku (read; Julian) Nathan tidak pernah melewatkan kesempatan itu untuk mengerjai Arsa.

Lebih buruk lagi ketika pembagian kerja kelompok, Arsa selalu menjadi pilihan terakhir dalam memilih dan Nathan selalu memindahkan dirinya pada golongan manusia culun.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang