⏯🎶 Andmesh - Kumau dia
Mungkin memang benar perkataan Ibunya dulu, bahwa saat beliau mengandung; perhatian sang Ayah akan semakin menggila nyaris mendekati istilah over protektif.
"Kamu duduk dulu, jangan banyak gerak."
Dan hal itu sungguh terjadi pada kondisi jiwa Nathan. Sifat over protektif nya keluar, menahan Arsa dengan segala aturan dan melimpahi dirinya dengan semua perhatian bagaikan seorang pecinta ulung.
Antara senang dan jengkel, Arsa tidak tahu harus bereaksi sepeti apa untuk menanggapi perubahan sikap Nathan.
"Arsa haus, mau ngambil minum."
"Kamu mau minum? Tunggu sebentar, biar Mas yang ambilin." Pria itu segera beranjak tampak berjalan tergesa-gesa guna memenuhi keinginan si kecil.
Hei, Nathan hanya ingin menjadi suami siap siaga untuk pasangannya. Dia tidak mau kalau nanti terjadi sesuatu yang buruk menimpa bocah manis tersebut.
Itu tidak berlebihan, oke.
"Lho, den Arsa mau kemana?"
"Nyari Loly, dia kabur lagi."
Akhir-akhir ini kucing hasil pungutan Arsa selalu kabur entah mencari apa. Mungkin dia sudah menemukan si pejantan untuk diajak kawin tapi ayolah, Arsa benar-benar tidak mau kucing kesayangannya ikut mengandung; menghasilan segelintir buntalan kapas.
"Tapi kata Den Nathan tadi—"
"Kamu mau kemana lagi? Kan tadi udah Mas suruh duduk!"
Debar jantung Arsa tersentak kaget, menatap ngeri wajah marah bercampur cemas Nathan yang sedang mendekat, membawa segelas air putih.
"A-arsa cuman mau keluar sebentar, nyari Loly."
"Biar mas yang cari, kamu diem aja di rumah."
Ingin membantah namun urung begitu kepergian Nathan sudah lebih dulu menjawab, mendahului keinginan tertunda Arsa.
Ugh, dia sungguh bosan berdiam diri di dalam rumah selama berhari-hari. Arsa ingin jalan-jalan, menghirup udara segar pun bercengkrama bersama para tetangga.
Tapi bukan ibu-ibu tukang gosip, Arsa paling anti bertingkap seperti itu.
Menggelikan.
"Hah."
Sudahlah.
.
.
.
Reaksi pertama yang ditunjukkan oleh orang tua Arsa dan Nathan selepas mendapat kabar baik perihal kehamilan si manis adalah berteriak mengucapkan puji syukur. Para ibu menangis bahagia, sedangkan para Ayah mengangguk-ngangguk tanda bangga.
Lalu Arkan adalah pihak yang paling heboh.
Pemuda itu terus berteriak nyaring, menyerukan kepada semua orang bahwa Arsa Nandana bisa hamil ya itu semua berkat ilmu sesat kebanggaan Arkan.
Bel rumah di bunyikan berulang kali, Bella dan Aleta tetap sabar menunggu sahutan dari si empunya.
Lain lagi dengan Arkan beserta stok kesabaran tipisnya.
"ASSALAMU'ALAIKUM! WOY, BANG ARSA BAYAR HUTANG LO ANJIR!"
Plak
"Sembarangan aja kalau ngomong. Salam yang bener!" Kepala Arkan di geplak oleh Bella. Tidak sakit sih, tapi sudah cukup untuk membuatnya malu karena diperhatikan oleh sang pujaan hati, Nala.
"Lama Bun buka pintunya, lagi main kuda-kudaan kali. Dobrak aja lah."
Nyaris, kepala dia akan dipukul lagi jika saja pintu rumah tidak terbuka dan menyelamatkan kesejahteraan diri. "Lho, kalian kok gak bilang kau ke sini?" Itu Arsa, lengkap bersama Bi Laila dari balik punggung.
"Den, suruh masuk dulu." bisik tegur dari si wanita paruh baya segera menyadarkan perilaku tak sopan Arsa.
Pemuda manis itu meringis, membuka pintu rumah lebih lebar dan mempersilahkan keluarga besarnya untuk masuk.
"Oh iya, ayo masuk."
.
.
.
Pada bagian sofa sebelah kanan, ada Devan dan Damian yang sedang mengobrol membahas masalah bisnis. Satu sisi sofa lagi, ada Arkan yang masih gencar mendekati Nala walau harus berakhir dengan sahutan sinis atau paling tidak ya, diabaikan.
Bella dan Aleta berada di dapur bersama Bi Laila. Arsa duduk menemani sembari menimpali sesekali. "Kalau bulan-bulan awal kehamilan itu wajar kamu ngerasain mual, pusing dan lain sebagainya. Bunda juga waktu mengandung kamu sama Arkan kayak gitu kok."
"Mama juga, semua wani— uhuk! Maksudnya orang hamil pasti bakal ngalamin mual. Ya walaupun gak semuanya juga sih."
Arsa mengangguk paham, menautkan kedua jemari tangannya gelisah dan menatap lekat punggung ketiga wanita dewasa tersebut. "Bi Laila juga pernah mual?"
"Bibi juga pernah, hampir tiap pagi bibi suka muntah-muntah kayak kamu tadi."
"Kamu mau ngomong apa lagi? Kita dengerin kok dek." Menaruh pudding dengan hiasan susu kental manis, antensi Bella dan Aleta kini sepenuhnya tertuju pada sang anak/menantu.
Bibir bawah Arsa digigit pelan, kian menunduk dalam-dalam memikirkan satu hal yang sejak tadi terus mengusik pikirannya. "I-itu, Mas Nathan jadi lebih perhatian sama Arsa."
"Lho, bagus dong kalau suami kamu jadi lebih perhatian." sahut Bella gemas dengan senyuman lembut.
"Tapi kadang sikap dia sedikit berlebihan, Arsa gak suka terlalu di manja kayak anak kecil. Arsa juga pengen mandiri, belajar jadi orang tua buat anak nanti."— Ugh, dia mudah tersulut emosi akhir-akhir ini.
Perubahan mood Arsa benar-benar buruk.
"Arsa..." Aleta angkat bicara pada akhirnya, wajah dia tampak keibuan dengan tatapan hangat. "... Kita ngerti perasaan kamu tapi Nathan ngelakuin itu semua juga pasti karena dia sayang sama kamu. Apalagi ini kehamilan pertama kamu, kali pertama Nathan bakalan jadi seorang Ayah juga."
Pikiran Arsa total buntu oleh rasa bersalah dan gusar, balas menggenggam telapak tangan ibu mertuanya erat sebelum berbisik meloloskan satu pertanyaan. "Arsa salah ya?"
"Kamu gak salah, kalian berdua gak salah. Kalau ada sesuatu lebih baik obrolin dulu. Jangan di pendam masing-masing , ya 'kan mas?"
Terkesiap oleh panggilan Aleta, kepala Arsa segera menoleh menatap wajah cemas Nathaniel.
Bibir dia melengkung ke bawah dengan sorot memelas lantas mengulurkan kedua tangan seolah meminta pelukan tanpa peduli tawa menggoda dari sang ibu atau pun Bi Laila.
"Peluk~"
Nathan menurut dan menarik tubuh ramping Arsa dalam dekapan hangat. "Mas terlalu berlebihan ya sama kamu?" Dia berbisik. Mengecup sekitar bahu tipis Arsa penuh kasih sayang.
Aleta, Bella dan Bi Laila pergi dari sana diam-diam. Jelas tidak mau menganggu waktu bicara kedua putra mereka untuk sementara.
"Arsa juga salah kok, maaf ya udah buat Mas Nathan repot akhir-akhir ini." Meskipun semua dilakukan atas dasar keinginan Nathan sendiri. Arsa tetap merasa tidak enak dan terus berpikir; bahwa ia adalah pihak yang terlalu di manja bagaikan anak kecil.
"Mas gak ngerasa repot karna kamu dek, justru Mas cuman pengen mastiin kamu baik-baik aja. Maaf kalau sikap Mas terlalu berlebihan dan malah buat kamu gak nyaman."
Yah, semua perhatian dan aturan Nathan semata-mata hanya untuk memastikan bahwa suami kecilnya baik-baik saja.
"Kita belajar sama-sama ya, ini 'kan kali pertama kita bakalan jadi orang tua. Kalau ada sesuatu yang ngeganggu kamu bilang aja sama Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
Hayran KurguKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]