27

14.9K 1.5K 140
                                    

⏯🎶 Jimin – Filter







“Itunya gak mau di tidurin juga? Arsa bisa bantu kalau mas mau.”

Jantung Nathan mencelos tak percaya saat kalimat bermakna ambigu Arsa terdengar dari balik punggungnya. Kelopak mata dia terpejam frustasi, bangkit dari posisi awal dan memblokir ruang bicara Arsa tiba-tiba.

Si korban tentu saja terkejut, wajahnya merona hebat dengan tangan gemetar. “M-mas—!”

“Jangan dengerin Arkan, biar mas sendiri yang ajarin kamu.” titah Nathan tegas tepat di depan bibir Arsa, napas dia memburu samar. Menatap telak iris hazel Arsa lamat-lamat.

“A-arsa cuman penasaran.”

Sebuah jawaban logis mengingat Arsa masihlah seorang remaja dengan hormon meledak-ledak. Nathan memaklumi semua itu tapi dia sendiri belum siap mengajari Arsa secara pribadi.

“Sini, mas ajarin kamu satu hal.”

“A-ajarin apa?”

Nathan tersenyum jahil, membimbing tangan Arsa agar semakin mendekat padanya. “Pegang ini.”

Blush

“A-arsa gak bisa pegang itu...” Dia mencicit lirih. “... Malu.”

Terkekeh kecil, tubuh kurus Arsa lagi-lagi ditarik sampai lengannya bisa melingkari pinggang si kecil secara sempurna. Kening mereka disatukan, hitam legam bertemu cokelat terang.

“Gak usah malu, ini punya kamu, hak kamu. Tadi katanya mau bantu.”

Ragu, Arsa menyentuh bagian privasi Nathan dengan napas tercekat. Padahal masih terbalut celana tapi lagaknya seperti habis ujian agama. Wajah dia merona hebat, beringsut mundur tanpa sadar guna menetralkan debar jantung yang kian menggila.

“A-arsa mau mandi dulu!”

Dia berlari dengan langkah tergesa-gesa. Bahkan hampir jatuh akibat tersandung kaki sendiri. Nathan tertawa gemas lalu menutup bagian bawah perut menggunakan selimut. Nanti juga tidur sendiri.

.

.

.

Arsa tidak bisa tidur, benar-benar tidak bisa. Serius.

Debar jantung dia masih bekerja ekstra, mengingat rasa asing kala menyentuh organ genital Nathan di balik kain celana. Kelopak mata dia setengah terpejam dengan sorot sayu, menggigit bibir bawah malu-malu seraya memandangi wajah rupawan sang suami.

“Mas.”

“Hm?” Meskipun Nathan masih tidur tapi dia tetap bergumam, menyahuti panggilan Arsa.

“Mau peluk.”

Didekap seketika tubuh mungil Arsa.

“Sekarang tidur ya, mas ngantuk.”

Arsa mengangguk dalam dekapan Nathan. Hidung bangirnya bergerak menggesek dada bidang si pria. Tampak menghirup aroma maskulin yang sudah menjadi candu bagi kesenangan batin belaka.

Perlahan, kepala Arsa sedikit mendongak menatap dagu runcing Nathan lalu mengecup lembut diselingi senyuman tipis. Jemari nakal pemuda manis tersebut bergerak diam-diam mengusap perut kokoh Nathan, menyusup masuk ke dalam baju dan mengukir sepanjang otot perutnya menggunakan jari telunjuk.

Nathan menggeram rendah, menahan tangan Arsa agar diam. “Jangan nakal dek!”

“Arsa gak nakal, cuman pegang doang.”

“Tidur oke, kepala Mas masih pusing.”— gara-gara kamu.

Cemberut, Arsa hanya bisa patuh dan diam bagaikan patung. Bibir merah alami dia maju beberapa centi, kembali berbuat lancang dan mengusap garis otot Nathan. Pipi gembil Arsa merona malu, meraih rahang tegas Nathan dan menuntut ciuman tanpa kata.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang