⏯🎶 HIVI - Mata ke hati | ©VanteKim12
"Pak Nathan langsung pulang sendiri?"
Elsa Seanny, wanita cantik bersurai panjang dengan lipstik merah menyala bertanya kepada Nathan. Senyuman manis tersungging sempurna menyelipkan anak rambut pada belakang telinga secara sengaja. Bahkan kedua matanya mengedip dengan gaya malu-malu khas anak remaja.
Nathan hanya diam, menggaruk pelipisnya ragu sebelum berujar memberitahu. "Saya pulang sama istri, bu."
Senyuman Elsa sedikit luntur lalu melihat jari manis Nathan yang sudah dihiasi oleh cincin nikah. Dia sudah tahu perihal status pria ini tapi belum pernah melihat wujud istrinya sedikitpun. "Istri Pak Nathan kerja dimana?"
Kali ini diamnya Nathan cukup lama semakin risih kalau terus ditanyai sepanjang jalan. Terlebih beberapa murid belum sepenuhnya pulang dan menggosipkan mereka diam-diam. "Istri saya diam di rumah tidak kerja."
Tidak mungkin 'kan Nathan bilang istrinya masih sekolah. Disini pula.
"Oh, orang biasa ya pak? Padahal pak Nathan bisa cari istri yang lebih bagus, lho." Elsa berujar dengan tawa sedikit sinis merasa kalah sekaligus iri. Padahal hanya orang biasa menurut dia tidak ada bagus-bagusnya. Tampang juga belum tentu cantik.
Menghembuskan napas jengah langkah kaki Nathaniel berhenti seketika dengan raut wajah datar. Jelas, merasa sedikit tersinggung oleh kalimat bermakna ganda tersebut.
Antara menghina dan menghasut.
"Istri saya bukan orang biasa, dia istimewa."
"M-maksud saya bukan begitu Pak—" Wajah Elsa sedikit panik dengan senyuman kaku.
"Saya nikah bukan karena harta apalagi kewajiban tapi buat membangun keluarga dan hidup bahagia. Jadi kalau ibu mempertanyakan istri saya, itu artinya ibu juga mempertanyakan pilihan saya."
Meskipun hanya sebatas perjodohan tapi bagi Nathan status pernikahan itu bukan sekedar candaan apalagi permainan semata. Dia sudah bersumpah dan mengikrarkan janji dihadapan Tuhan.
Jadi sudah kewajiban Nathan untuk menjaga janji itu sebaik mungkin. Terlebih pernikahan ini adalah pilihan orang tuanya.
"Ah, maaf kalau perkataan saya menyinggung pak Nathan. Saya cuman-"
"Saya duluan bu Elsa, permisi." Nathan berbalik pergi begitu saja sedikit menunduk sopan sebelum benar-benar menghilang menuju ruangan sendiri. Mood Nathan berubah buruk, kesal luar biasa.
"Kak."
Tapi segera surut dalam hitungan detik begitu suara husky milik seseorang terdengar menyapa disertai senyuman khas menawan.
Dia buang jauh-jauh rasa kesal yang sempat singgah berganti mengulas senyuman tipis dan mengusap pucuk kepala Arsa lembut. "Baru bangun?"
Remaja tanggung itu mengangguk sebagai jawaban, melihat kedua tangan Nathan yang tidak membawa apapun penuh tanda tanya. "Tas Arsa mana?"
Tas?
Nathan meringis, mengusap dahi sendiri dan berdeham untuk menyembunyikan rasa bersalah di dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]