⏯🎶 Devano Danendra – Menyimpan rasa
Huek!
“Den Arsa muntah lagi?” Ada segurat kecemasan yang membingkai wajah bi Laila. Wanita paruh baya itu berbisik, mengetuk pintu kayu untuk kesekian kali sebelum berbalik menuju telepon rumah.
‘Jangan kasih tahu Mas Nathan!’
Ah masa bodo, pikirnya.
Kalau sudah seperti ini bagaimana bisa bi Laila diam saja dan memperburuk keadaan. Setidaknya Nathan harus tahu agar bisa membawa Arsa ke rumah sakit untuk di periksa.
Huek!
“Aduh, kok Den Arsa muntah terus sih? Perasaan tadi pagi makannya gak aneh-aneh.”
Cklek
Pintu kamar mandi terbuka, wajah Arsa pucat luar biasa dengan rambut basah oleh keringat. Mata hazelnut memincing sejenak lalu mengambil alih telepon rumah dari tangan Bi Laila dan menutupnya secepat mungkin. “Mas Nathan lagi sibuk, gak usah kasih tahu dia.”
“Tapi den—”
“Arsa cuman masuk angin kok, ditidurin juga nanti sembuh.”
Bi Laila masih tidak percaya, sebelah tangan kuyu terulur mengusap kening si kecil. Dia cemas, benar-benar cemas. “Bibi panggil Dokter Reza ya? Biar dia periksa kamu sekarang.”
Bekerja selama bertahun-tahun di keluarga besar Nandana membuat bi Laila hafal betul semua permasalahan maupun orang-orang terdekat yang juga mengabdi; melayani keluarga mereka. Bahkan bi Laila juga pernah menjadi saksi bisu bagaimana tumbuh kembang majikan kecilnya sedari bayi.
“Bibi pengen mastiin sesuatu.”
.
.
.
Wajah serius Dokter Reza mau tak mau berhasil menarik rasa takut Arsa. Tangan dia gemetar, meneguk ludah takut-takut dan memandang Bi Laila kalut.
Bagaimana kalau dia terkena usus buntu atau lebih parahnya lagi gagal ginjal?
Oke, lupakan sikap bodoh tadi. Itu tidak mungkin karena selama ini Arsa selalu menerapkan hidup; 4 sehat, 5 sempurna.
“Om.”
“Devan sama Bella udah bilang sama om tentang kondisi kamu yang bisa hamil. Gak usah takut gitu, emangnya kamu mikirin apa hm?” Perkataan hangat Reza sedikit banyak menenangkan kegelisahan Arsa.
Pemuda manis itu tersenyum, memilin ujung bajunya gugup dan berbisik kelewat pelan. “T-tapi Arsa masih gak terlalu yakin soal itu.”
Dia takut kecewa setelah berharap lebih. Arsa takut jika apa yang selama ini Nathan impikan justru tidak pernah terjadi dan hanya akan berakhir dengan kehampaan.
Puk
“Jangan murung, sekalipun kamu gak bisa hamil. Kalian masih bisa adopsi anak 'kan?”
Ugh, pembicaraan ini benar-benar membuat Arsa tidak nyaman. Kenapa juga Dokter Reza harus berbicara seperti itu? Bi Laila bahkan tidak membantu sama sekali perihal ucapan pria mapan tersebut.
“Om—”
“Tapi karena kamu unik, jadi kalian gak perlu adopsi anak.”
Mengerjap bingung, kepala Arsa sontak mendongak disertai binar polos. Bi Laila yang berada di samping pun ikut tersenyum sembari mengusap rambut halus Arsa gemas.
Tentu saja dia paham maksud ucapan Dokter Reza. Tanpa di jelaskan dua kali pun Bi Laila benar-benar paham perihal kondisi kesehatan majikannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]