17

13.7K 1.5K 92
                                    

"ARKAN BANGSAT."

Hoo, sungguh awalan yang romantis.

Untung Arkan sudah terbiasa menerima hujat pedas dari mulut Arsa.

"Si cebol kemana bang? Gak bareng?" Menaruh makanannya diatas meja, Arkan duduk dengan seenak jidat didepan Arsa. Abai kala kilat tajam dia dapat dari si kakak.

Arkan tidak ada teman duduk, apalagi makan. Semua temannya sibuk entah mengurus apa, pacarnya mungkin dan suatu kebetulan dia melihat Arsa duduk sendiri. Daripada alone-alone mending Arkan gabung dan minta traktir pada si abang.

"Bang, nanti bayarin mie ayam gue ya."

"Ogah."

"Pelit lo sama adek sendiri. Gue aduin bunda baru tahu rasa lo!" Arkan mengancam dengan sumpit menunjuk hidung bangir Arsa. Seringai jahil terulas sempurna disertai kedipan pada sebelah mata.

Arsa menggeram jengkel, mengangguk setengah hati dan mengunyah bakso-nya beringas. Seketika menyesal makan di kantin.

"Si cebol mana bang?"

"Kumpulan ekskul."

Arkan ber'oh' ria, mencuri satu bakso kecil yang ada di mangkuk Arsa tanpa permisi. "Gimana kewajiban lo bang? Udah diselesain belum?"

"U-uhuk-Uhuk!"

Arsa langsung tersedak detik itu juga, matanya memerah dengan napas putus-putus. Nyaris melempar wajah sang adik menggunakan sendok karena perasaan kesal. Baru datang sudah bertanya hal sensitif semacam itu, apa dia tidak sadar tempat?

"Wah, jangan bilang lo belum iya-iya sama bang Nathan. Anjir parah lo bang, emang apa susahnya sih tinggal ngangkang doang!"

Bugh!

"MATI AJA LO BANGSAT!"

.

.

.

Sial.

Arsa benar-benar tidak bisa duduk dengan tenang sepanjang pelajaran sejarah. Keringat dingin bahkan terus membahasi telapak tangan serta keningnya. Iris hazelnya terus menatap lamat-lamat punggung tegap Nathan didepan sana.

Kembali mengutuk segala ocehan tak bermutu Arkan didalam benaknya berulang kali tanpa henti.

Arkan sialan.

Arkan babi

Arkan dugong.

Arkan bazeng.

Kesal, kepala Arsa akhirnya menelungkup di antara kedua tangan yang terlipat diatas meja. Julian berdengung heran tapi tidak bertanya dan lebih memilih fokus pada materi dipapan tulis. Masa bodo, pikirnya acuh tak acuh.

"Bang, lo beneran gak tahu cara naena ala cowok?"

Arsa menggeleng pelan, mengusap wajahnya kasar dan menatap wajah Arkan cukup lama. "Kak Nathan bilang kita bisa belajar pelan-pelan, gak harus buru-buru kayak omongan lo."

"Dih, gue cuman ngasih saran njing." Dia menyahut sengit.

"Nggak usah nge-gas, bisa?"

"Bang, lo mau gue kasih ilmu gak? Gratis." Arka menawari penuh semangat, Arsa mengedip dengan kepala miring kesamping. Terlihat bingung oleh kata 'ilmu' yang dimaksud oleh si adik.

"Ilmu apaan?"

"Ilmu naena buat cowok."

Dan Arsa tersedak untuk kedua kalinya setelah itu. "Pergi sono sebelum gue bacain ayat kursi!"

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang