24

14.4K 1.5K 145
                                    

⏯🎶 Pasto - Tanya hati






Sepi yang membumbung tinggi serta deru napas yang memburu sesak, seolah berkembang menjadi sebuah tindasan semu terhadap rasa bersalah di dalam hati Arsa Nandana.

Kelopak mata dia jatuh setengah terpejam, merengkuh punggung hangat Nathan kelewat erat bagaikan benalu yang tak mau lepas dari inangnya. Hati Arsa mengeluh, memohon maaf berulang kali walau berakhir dengan keheningan memuakkan yang mulai Arsa benci.

Nathan masih marah, bahkan untuk sekedar berbalik dan menanggapi ucapan Arsa saja terlihat enggan. Pemuda itu berdengung samar, meremat kain baju Nathan tanpa sadar disertai kerlip sendu pada kedua bola mata cantik.

“Mas.” Suara Arsa kian melirih, menggigit bibir bawah ragu-ragu sebelum berbisik dan mencium bahu belakang Nathan lembut. “... Arsa minta maaf.”

Maaf karena sudah merusak semua rencana manis Nathan.

Maaf karena sudah membuat pria ini terguyur dinginnya air hujan.

Dan maaf karena sudah membuat pihak suami termenung kecewa.

Arsa cemberut tertahan, untuk pertama kalinya setelah mereka menikah. Rongga dada dia bertalu begitu pengap tampak mengharapkan kembali senyuman hangat milik Nathaniel.

Arsa tidak suka sikap diam bagaikan kutub dingin.

Tidak suka senyuman palsu menutupi gusar.

Bahkan untuk perhatian kecil dibalik amarahnya, Arsa tidak menyukai semua itu. Dia ingin Nathan yang dulu, sosok baik juga pengertian yang begitu Arsa puja.

“Mas, jangan diemin Arsa.”

"Kamu masih gak paham? Mas lagi pengen sendiri dulu."

Air mata Arsa merebak keluar dalam sekejap lalu menggeleng kuat-kuat sembari meneguhkan dekapan pada tubuh tegap tersebut. “Arsa gak suka liat mas Nathan marah, maafin Arsa ya.”

Sebelah tangan pria itu terangkat sejenak, kemudian melepas pelukan Arsa secara paksa.

Bukan maksud Nathan ingin bertindak jahat, hanya saja amarah sesaat belum sepenuhnya reda. Dia tidak mau kelepasan membentak apalagi berbicara kasar pada Arsa. Nathan butuh waktu untuk sendiri, dia butuh waktu untuk menjernihkan emosi di dalam hati.

"M-mas."

"Mas mau tidur di kamar tamu, kamu jangan ganggu!"

Kepala Arsa menggeleng tak terima, menahan lengan Nathan yang akan berbalik pergi secepat mungkin. "Mas gak mau ngomong sama Arsa?"

Netra kelam pihak lain berpendar halus lalu mengusap pipi basah si kecil lamat-lamat. Semarah apapun dia jika sudah melihat suami kecilnya menangis pasti tidak akan tega juga.

“Tunggu emosi mas hilang dulu ya, kamu ngerti  'kan?”

"Arsa sayang sama Mas Nathan, gak ada orang lain." bibir bawah dia bergetar halus, melepas cengkeraman pada lengan si empunya secara perlahan-lahan.

Terdiam cukup lama, tepukan hangat dia dapat pada bagian pucuk kepala. Tanpa menoleh pun Arsa tahu siapa pelaku tadi. "Mas juga sayang sama kamu, bener-bener sayang." Suara Nathan sedikit melirih ketika mengucapkan kejujuran.

Arsa menunduk, meremat ujung kain baju sendiri sembari menahan senyum pilu. Langkah kaki Nathan yang bergerak menjauh, lambat laun mulai menghilang meninggalkan kesunyian hampa. Iris hazel Arsa kian memerah pedih, menatap nanar kue ulang tahun yang terlihat begitu cantik diatas meja sana.

Nathan, pasti membuat kejutan dengan segala usaha pun ketulusan nyata.

Memikirkan bagaimana semangatnya Nathan menyiapkan semua ini dan harus berakhir kemarahan karena ulah dia sendiri. Arsa tidak bisa tidak menyesal.

Happy Marriage [KV] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang