⏯🎶 Rossa ft. Pasha – Terlanjur Cinta
Rintik air hujan yang jatuh membasahi aspal jalan terekam jelas dalam lensa hazel milik Arsa. Kedua tangan dia menggosok masing-masing bahu, mencoba mencari kehangatan ditengah hembusan udara dingin.
Arsa tidak bisa pulang, terjebak secara paksa bersama sosok jangkung bernama Satria. Hei, Arsa bukannya sengaja ingin berduaan dengan si dugong ganjen ini. Arsa juga ingin kembali ke rumah dan memeluk Nathan. Bergelung manja didalam selimut sembari bercanda sesekali.
Arsa merindukan pria itu. Sungguh.
Ingin meminjam ponsel Satria malah berakhir sia-sia belaka. Dia bilang ponselnya tertinggal di rumah lalu mengajak Arsa untuk berteduh di depan toko roti yang sudah tutup.
“Sekarang jam berapa?” Arsa bertanya pelan tanpa menoleh pada Satria. Pikiran dia terbagi oleh berbagai kemungkinan tentang reaksi Nathan jika dia pulang lebih lama lagi.
“Jam 7, kenapa? Lo takut dimarahin bang Nathan?” tanyanya heran dengan alis terangkat sebelah.
Arsa tebak si Dugong ini sama sekali tidak punya niat untuk menghibur dia dengan mengatakan; Bentar lagi hujannya reda, kita bisa pulang.
Lagipula, bukan hal tersebut yang dia takutkan. Nathan sangat jarang marah kepada Arsa, sekalipun marah paling-paling untuk kebaikan Arsa sendiri. “Gue mau balik sekarang.”
Satria mendengus jengah, melirik tangan si manis yang sedikit menggigil cukup lama.
“Dingin?” Ada kecemasan tersembunyi dibalik pertanyaan barusan. Arsa menggeleng meskipun kenyataan justru berbanding terbalik.
Dia kedinginan, sangat dingin dan Arsa paling tidak tahan udara dingin.
Puk.
“Pake jaket gue, kalo masih dingin bilang aja. Nanti biar gue yang peluk, gratis kok.”
Seringai jahil Satria mengembang apik bahkan menyempatkan diri untuk mencubit pipi Arsa gemas. Si empunya wajah hanya diam dengan mata berputar malas. Menerima tanpa canggung jaket milik Satria untuk menghalau udara dingin.
“Lo gak dingin, Sat?” Arsa bertanya ragu-ragu karena masalahnya tubuh tegap Satria hanya terbalut oleh seragam putih berlengan pendek. Arsa jamin si dugong ini sama menggigilnya seperti dia.
“Sa.”
“Hm?”
“Peluk dong, lo mau gue mati kedinginan?” Kerlingan samar terbersit menghiasi iris hitam Satria. Kedua tangan putih ikut di rentangkan begitu lancang.
Arsa mendelik tak suka lalu melempar kembali jaket milik Satria. Hampir sebenarnya karena tiba-tiba saja pemuda itu merengkuh bahunya kelewat erat tanpa persiapan apa pun.
Bola mata Arsa membelalak sempurna, berusaha mendorong bahu kokoh Satria sebisa mungkin.
“Lepas bego!”
“Bentar elah, cuman peluk doang.”
Umpatan kasar sontak terlontar dari belah bibir Arsa, alisnya menekuk tajam disertai wajah memerah menahan malu sekaligus kesal. “Satria!”
“Tahu gak? Lo orang pertama yang selalu nolak gue.” Kali ini rontaan Arsa terhenti. Mimik muka dia terlihat bingung dan membiarkan pelukan Satria kian mengerat tanpa sadar.
“Waktu pertama kali kita ketemu, gue udah suka sama lo. Gemesin sih, pengen banget gue ajak nikah.”
Babi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]