⏯🎶 Punch ft. Loco – Say yes
Menjadi orang tua tidaklah semudah yang Arsa bayangkan. Setiap malam dia harus terbangun, menenangkan kedua anaknya secara bersamaan dengan letih yang merundung tanpa perasaan. Terkadang Nathan juga akan ikut membantu. Siap siaga, takut-takut kalau Arsa lebih membutuhkan tenaga dia untuk menghilangkan tangis anak mereka.
Pernah sekali Arsa mengalami baby blues dalam jangka waktu yang cukup lama, tapi Nathan tidak menyalahkan dan hanya menghibur disertai senyum penuh pengertian. Pria jangkung itu menggantikan tugas Arsa untuk sementara waktu.
Mulai dari menidurkan, mengganti popok, hingga mengajak bercanda. Meski lelah selepas bekerja, tapi Nathan pikir Arsa lebih berhak untuk istirahat mengingat bagaimana lelaki manis ini pernah berjuang melahirkan sang anak dengan cara bertaruh nyawa.
Pada bulan pertama sampai ketiga sejak anak mereka lahir, banyak hal yang sudah Arsa dan Nathan lalui. Artha lebih mudah tertawa dan diajak bercanda sedangkan Ethan sedikit sulit karena dia lebih rewel dan manja.
Julian datang mengunjungi saat siang terik menyambut. Pria itu datang bersama Yogi, lelaki cuek namun manis yang sudah lama dia kejar. Awalnya Arsa terkejut, mempertanyakan usaha seperti apa saja yang sudah sahabatnya lalui demi mendapatkan hati Yogi.
Arsa pikir, adiknya harus berguru pada Julian jika ingin menikahi dan mendapatkan hati Nala si manusia dingin.
“Suami lo mana nyet?” Julian menerobos masuk sebelum Arsa mempersilahkan. Yogi mendengus jenuh dan mengumpati sikap memalukan kekasihnya dalam hati.
“Sorry, kayaknya otak dia ketinggalan di rumah.” ujar Yogi ringan dengan mata memincing tajam pada cengiran polos Julian.
Arsa menggeleng maklum, mempersilahkan yang lebih tua masuk dengan penuh sopan santun. “Gapapa bang, udah biasa kok sama sikap Julian yang kayak gitu.”
“Mana anak lo, gue pengen liat dong.” Berjalan kesana-kemari mengitari rumah si manis, belakang kerah kemeja Julian ditarik secara paksa oleh Yogi agar tetap duduk diam diatas sofa. Arsa meringis dalam hati, benar-benar tidak menyangka kalau pria berkulit putih pucat itu sangat sadis dan kejam.
“Artha sama Ethan lagi ada di kamar, kalian mau liat?”
“Yaiyalah bego, emangnya lo pikir gue dateng kesini cuman buat minta sembako apa?”
Kampret.
Kalau saja tidak ada bang Yogi di ujung sofa sana, pasti sudah Arsa sleding kepala Julian hingga mampus.
.
.
.
Mata sipit Julian dan Yogi tampak berbinar memandangi kaki serta tangan mungil Ethan yang sedikit terangkat membentuk gestur lucu. Artha masih tidur, mengarungi mimpi indahnya disertai dengkur halus khas anak bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]