⏯🎶 Eclat - Apa yang kan terjadi?
Nathan benar-benar membelikan semua peralatan untuk merawat kucing; mulai dari kandang, tempat makan, tempat minum, mainan, pasir, dll. Arsa senang, nyaris melompat kegirangan dan memeluk tubuh jangkung Nathan erat. Meluapkan kebahagiaan kecilnya dalam sebuah kecupan manis dikedua pipi.
Yang mendapat perlakuan manis hanya menanggapinya dengan tawa. Balas memeluk tubuh kurus Arsa erat dan mengusap belakang kepalanya hangat. "Udah nggak marah lagi?"
"Arsa nggak marah, makasih kak hehe."
Lagi, tawa Nathan mengudara merdu seraya mencubit hidung bangir Arsa gemas. Benar-benar merasa puas sekaligus bangga pada dirinya sendiri karena telah berhasil membahagiakan Arsa untuk sesuatu yang kecil alias sederhana. "Suruh masuk tidur kucingnya. Kasian Bi Laila dari pagi kerepotan ngurus anak kamu."
Arsa meringis kemudian berpaling kearah bi Laila dengan rasa bersalah. Wanita paruh baya itu jadi harus mengurus hewan peliharaan Arsa ditengah kesibukannya mengurus rumah. Padahal usia sudah menua tapi Arsa malah menyusahkan.
"Maafin Arsa gara-gara udah ngerepotin bibi ya."
"Gapapa den, udah tugas bibi ngerawat den Arsa. Kucingnya juga lucu, bisa ngilangin stress kalau diajak main."
Arsa mengangguk menyetujui, mengambil alih Loly yang ada di gendongan Bi Laila lalu memasukkannya ke kandang baru agar berbaring tidur. "Diem disitu oke, jadi kucing baik kalau gak mau Arsa buang!"
"Meow~"
"Duh, kok lucu sih?" Arsa mengerang gemas, mencolek wajah kecil Loly dari luar kandang sembari tertawa kecil. Nathan ikut tersenyum, bergumam mengiyakan namun sorot matanya jatuh pada profil sisi wajah Arsa.
"Kak Nathan beli ini kapan?"
"Waktu pulang sekolah, makanya saya suruh kamu pulang bareng Julian."
Oh, pantas saja. Arsa kira Nathan menyuruhnya pulang lebih dulu karena ada rapat dadakan atau pekerjaan mendesak.
"Udah malem ayo tidur."
Diusapnya mata memerah Arsa karena menahan kantuk sejak tadi dan malah terlalu antusias menerima segala macam perabotan untuk anak kucingnya. Masalah guling juga sudah Nathan belikan walaupun sedikit enggan tapi dia harus tetap membelinya agar Arsa tidak marah lagi.
"Kak, gendong Arsa." kedua tangan Arsa terlentang lebar dengan sikap manja khas anak kecil. Terlihat ingin dipeluk namun sebenarnya minta digendong. Nathan tersenyum lembut, menggendong tubuh ringan Arsa seperti kemarin malam tanpa kesulitan berarti. Heran juga, sejak kapan Arsa jadi semanja ini?
"Pegangan yang bener."
Kedua lengan Arsa semakin erat memeluk leher Nathan. Kaki rampingnya melingkari pinggang kokoh sang suami seolah lupa dengan rasa malu perihal batas interaksi. "Besok jadi ke rumah bunda?"
"Hm, kamu jangan bangun siang!"
"Arsa jarang bangun siang, paling telat cuman sampai jam 8 pagi." elaknya dengan nada sebal serta mata memincing tajam. Nathan terkekeh kecil, mengeratkan pegangan pada paha Arsa agar tidak jatuh selagi mereka— ah, maksudnya dia masih berjalan.
"Tidur sana, peluk gulingnya sampai pagi." Tubuh Arsa segera diturunkan sesampainya di kamar. Nathan berbaring lebih dulu, menarik selimut lalu menatap remaja tanggung tersebut dengan tubuh miring menghadap secara langsung.
Dia sudah sangat lelah sejak tadi, benar-benar ingin tidur dan mengistirahatkan mata.
Mengerjap sebentar, iris hazel Arsa justru bergulir gelisah dengan guling ditangan. Balas menatap wajah heran Nathan cukup lama setelah itu menaruh benda empuk tadi cukup jauh diujung kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Marriage [KV] ✓
FanfictionKeduanya menikah karena perjodohan tapi bukan berarti tidak ada kebahagiaan. [230420 • 070720]