05

197 26 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Kak Taehyung mencubit pipiku, membuatku tersadar dari lamunan.

"Chohee, kok melamun?"

Anak laki-laki berusia 14 tahun itu tersenyum manis didepan adiknya. Aku hanya menggeleng, memberi tanda bahwa tidak ada apa-apa.

Kami tetap dirumah ini, bersama Papa yang kini berkerja dua kali lebih keras untuk menghidupiku dan Kak Taehyung seorang diri.

Mama pergi. Aku tidak tahu Mama kemana, dan aku juga tidak mau tahu.

Aku menggeleng, membalas pertanyaan Kak Taehyung tadi. Lalu kembali menatap keluar jendela kamar Kak Taehyung.

"Laper kali. Chohee mau makan?"

Pertanyaan Kak Jimin membuatku kembali menoleh. Menatap cowok bermata sipit itu, sedetik kemudian mengangguk untuk menanggapi.

"Tuh kan, pasti laper." Kak Jimin berdiri, mengambil jaketnya yang tergelak diatas ranjang Kak Taehyung.

Lalu cowok itu kembali menatapku, "ayo cari makan." Ajaknya dengan senyuman tipis.

Mataku berbinar menatapnya. Sungguh, Kak Jimin benar-benar selalu tahu apa yang ku inginkan.

Lantas, aku lekas berdiri. Berlari kecil kearah lemari baju Kak Taehyung, dan mengambil sembarang hoodie disana. Memasang hoodie hijau tua yang kebesaran itu sambil berlari kecil lagi menghampiri Kak Jimin.

"Ayo!" Ucapku semangat.

Kak Jimin mengusak surai hitamku gemas, lalu menggandeng tanganku dan menyeretku keluar kamar.

"Lah kok Taehyung ditinggal?! Jim, gue diajak dong!"

"Males! Lu belom mandi!"

Aku terbahak melihat Kak Taehyung merengut sebal diambang pintu. Kakak ku itu menghentakkan kakinya seperti anak kecil, memandang kami berdua kesal.

"Pada ngapain?"

Aku berbalik. Kak Jungkook disana dengan tampang herannya. Rambutnya masih basah, sepertinya ia mandi dan tidak mengeringkan rambutnya sebelum kesini.

"Lah elu ngapain?"

Pertanyaan itu keluar dari mulut Kak Taehyung.

Membuat Kak Jungkook lantas menarik alisnya. "Berak." Jawabnya seadanya. Membuatku menahan tawa.

Mata Kak Taehyung melebar, menatap Kak Jungkook nyalang.

"Mau main lah goblok."

"Heh, Jungkookie! Adek gua masih kecil anying! Jangan kasar bahasanya!"

Kak Jimin mengurut pangkal hidung, melihat kelakuan dua temannya yang sebenarnya sama saja.

Sama-sama miring, walau otak mereka jauh diatas rata-rata.

Mengabaikan Kak Taehyung, Kak Jungkook kini mengambil langkah menghampiriku, lalu mengapit kepalaku diketiaknya. Membuatku memekik tertahan karna kaget.

"Choco, main yuk!" Ajaknya.

"Ih Kak! Lepasin!"

Aku berontak, berusaha menarik kepalaku dari ketiaknya. Sumpah, aku hampir kehabisan nafas dan ingin membalas dengan memukul kepala cowok bergigi kelinci ini dengan sendok.

"Lepasin dulu, Kook. Dia mau makan." Bahkan ucapan Kak Jimin tidak dihiraukan.

"Kookie, adek gua bisa tewas kalo lu gituin."

"Jangan panggil gue Kookie, Taehyung kampret!"

Setelahnya Kak Jungkook melepaskan ku dan berdebat dengan Kak Taehyung. Membuat Kak Jimin menengahi mereka, berusaha membuat dua cowok itu berhenti walau sebenarnya sia-sia.

Aku menahan senyumku.

Tiga cowok yang membuatku bertahan selama ini adalah mereka. Membuatku bisa melewati semuanya dengan senyuman tanpa harus repot-repot menangis. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang