49

93 17 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Aku duduk disamping tempat tidurku sambil menatap keluar jendela yang terbuka.

Hanya duduk melamun membiarkan rambutku yang kini sudah panjang terbawa angin. Hanya sekedar duduk, merasakan tenangnya dunia diluar sana sedangkan aku disini dihantui ketakutan.

Aku bahkan sudah lupa berapa lama aku disini. Mungkin belum lama, tapi juga terasa sangat lama. Hari-hari disini terasa sangat panjang. Dan tidak ada istirahat.

Aku ingin keluar. Menghabiskan waktu dihari libur bersama teman-temanku. Namun apa yang ku harapkan? Aku tidak punya teman disini. Entah kenapa Kim Chohee menjadi cewek pendiam disini.

Siapa itu Kim Chohee yang periang? Aku tidak mengenalnya. Sosok itu sudah sangat lama meninggalkanku.

Aku tersentak merasakan ranjangku bergerak. Nafasku masih belum normal walau aku sudah menyadari bahwa Mama duduk disampingku.

"Hei, ini cuman Mama."

Aku menetralkan kembali nafasku, sebelum akhirnya mengangguk samar. Kemudian menjatuhkan pandanganku kembali pada jendela.

"Gak keluar? Ayah sedang gak dirumah, mungkin kamu bisa hang out sama teman-teman kamu."

Aku menggeleng. "Aku gak punya teman." Suara berubah dingin, jari-jari tanganku mengepal. "Dan lagi, dia bukan ayahku."

Aku benar-benar tidak sudi menyebut iblis itu ayahku. Aku ingat, aku punya seorang Papa yang jauh lebih baik darinya.

Tanganku diraih, digenggam erat oleh Mama. Aku tersentak begitu menoleh dan melihat Mama yang sudah menangis disampingku.

"Ma-mama.."

Wanita yang masih cantik dimataku itu terisak samar, menggenggam erat kedua tanganku dengan tangan kasarnya.

"Maafin Mama, ya. Kamu gak seharusnya menerima ini semua."

Hatiku ikut sakit melihat air mata itu. Sungguh, dari puluhan rasa sakit yang ku terima. Aku tidak pernah menyalahkan Mama atas semua rasa sakit itu.

"Enggak Ma—" Aku ikut terisak. "—Mama gak salah apa-apa."

Wanita yang ku sayangi itu menggeleng. "Seharusnya dari dulu Mama minta maaf sama kamu dan Taehyung. Mama gak seharusnya, ngebiarin kamu dan Taehyung hidup tanpa seorang Ibu. Maaf ya Chohee, pasti selama ini semuanya berat?"

Air mataku terus jatuh, namun aku tidak menghapusnya seperti biasa. Aku mengeratkan genggaman tanganku pada Mama.

"Kamu seharusnya punya ibu yang dengerin keluh kesahmu setiap hari. Seharusnya Mama disana, saat kamu dan Taehyung tumbuh dewasa. Mama juga sangat menyesal melewatkan itu semua. Tapi, gak ada yang bisa diulang ya? Bagaimana bisa seorang ibu melewatkan bagian paling berharga selama hidupnya menjadi ibu? Mama benar-benar ibu yang buruk buat kamu dan Taehyung."

Aku menggeleng, tidak sanggup bicara. Terus menatap matanya sambil berharap ia sadar bahwa dalam hatiku, ia tetap seorang Mama terbaik yang ku miliki.

Tangan itu mengelus kepalaku. Sebuah kehangatan yang selama ini ingin kurasakan.

"Kamu boleh pergi, Mama gak bisa ngebiarin kamu terus disini. Mama sudah menghancurkan masa lalumu, dan Mama gak mau ngelakuin itu juga sama masa depanmu. Jadi Chohee, kembali ke Papa dan Bang Taehyung aja ya?"

Aku berhambur memeluk wanita itu. Memeluknya erat dengan suara tangisan yang menyesakkan. Menggeleng berkali-kali sambil terus mengucapkan kata 'tidak' walau dengan teredam tangisan.

Aku tidak akan kemana-mana. Karna Mama adalah alasanku bertahan disini selama ini. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang