42

95 15 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Sena bilang, ia akan memberi kesempatan pada Kak Taehyung.

Aku benar-benar senang mendengarnya. Senyum ku belum pudar bahkan setelah aku mendengar suara pintu tertutup ketika aku meninggalkan Sena didepan pintu kamar Kak Taehyung.

Kak Taehyung akan baik-baik saja setelah ini. Aku bersyukur Sena bukan seorang pendendam.

Kini aku mengambil langkah kecil, menghampiri jendela yang menjadi tempatku termenung saat merasa lelah.

Aku duduk disana, memandang langit biru tanpa warna kelabu sedikitpun. Perlahan, bibirku mulai mengulas senyuman kecil. Dunia sedang bahagia, maka aku juga harus bahagia.

Masalah Kak Taehyung mungkin akan selesai hari ini, kini yang tersisa hanyalah rasa kehilangan dan rindu karna tidak melihat sosok kelinci besar yang mengisi hatiku.

Aku merindukannya. Tidak bohong. Kak Jungkook tidak menampakkan dirinya setelah pertengkaran terakhir kami.

Aku sedikit kecewa karna ia tidak mencoba memperbaiki hubungan kami. Juga sedikit sedih karna sepertinya aku akan kehilangan sosok itu.

Aku sudah biasa kehilangan, jadi harusnya aku tidak akan bersedih terlalu lama, kan? Aku hanya harus kembali menguatkan hatiku. Dan meneguhkan diri sendiri, bahwa setelah ini aku harus berdiri kokoh sendiri tanpa Kak Jungkook.

Klek─

Kepalaku menoleh setelah suara pintu terdengar.

Setelahnya semua pemikiran tadi menghilang entah kemana begitu melihat sosok tinggi itu diambang pintu. Mendadak aku kehilangan kata-kata, sehingga hanya dapat balas menatap Kak Jungkook canggung.

"Hei─ maaf nggak ngetuk dulu. Tapi karna udah terlanjur, boleh aku masuk?"

Kak Jungkook menggaruk tengkuknya, menunggu balasan dariku.

Selang beberapa detik, akhirnya aku mengangguk samar dan kembali mengalihkan pandangan keluar jendela.

Telingaku dapat mendengar suara pintu tertutup dan langkah kaki yang kian mendengar. Sampai akhirnya suara derit kasur bergerak karna seseorang baru saja duduk disana.

Aku masih enggan menoleh. Merasa gugup tanpa sebab, padahal ini bukan pertama kalinya aku dan Kak Jungkook berdua dikamar.

Jadi aku hanya diam, sampai akhirnya Kak Jungkook kembali bersuara. "Kayaknya kamu bener-bener marah sampai gamau natap aku ya?"

Aku diam. Tidak, sebenarnya bukan seperti itu. Aku hanya merasa aneh.

Dapat ku dengar cowok itu menghela nafas. "─maaf." Suaranya memelan.

Aku menutup mataku, menarik nafas yang banyak sebelum akhirnya membawa mataku untuk melihat Kak Jungkook.

Cowok itu menunduk, menatap lantai kamarku dengan pandangan meredup. Aku meneliti penampilannya saat ini. Kantung mata yang menghitam, rambut acak-acakan dan bibir pucat. Sepertinya tidak berbeda jauh dari Kak Taehyung.

"Tolong maafin aku, Choco─"

Kak Jungkook tiba-tiba mengangkat kepalanya, membuat tatapan kami beradu. Cowok itu nampak sedikit kaget, sebelum akhirnya menarik nafas dan kembali berucap putus asa.

"─bisa nggak aku dapet kesempatan lagi?"

Hari itu setelah mendengar suara putus asa Kak Jungkook, hatiku tersentuh. Berakhir dengan benar-benar memberinya kesempatan dan Kak Jungkook yang tersenyum lebar sampai berlari memeluk tubuh kecilku.

Aku tidak jadi kehilangan. Itu artinya tidak selamanya aku hidup dengan takdir pahit yang selalu berakhir dengan kehilangan, bukan? []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang