29

97 14 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Aku terlalu sibuk dengan luka ku sendiri. Sampai tidak menyadari jika aku melukai orang disekitarku.

Aku mengadu, mengeluh, mengatakan luka ku padanya. Namun tidak pernah tahu, jika sesungguhnya itu melukainya. Aku menangis keras hari itu, meluapkan segalanya agar aku kembali baik-baik saja. Tetapi yang memberiku sandaran hari itu, malah terluka sangat dalam.

Kim Chohee, kau bodoh sekali.

Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan sekarang. Semuanya terasa begitu rumit. Dalam sehari berbagai masalah terus menghantam kepalaku sehingga rasanya sulit sekali untuk mencari jalan keluar.

Siapa yang pantas disalahkan selain diriku disini? Aku yang selama ini terlalu bergantung pada orang disekitarku.

Lagi-lagi aku berakhir didepan jendela kamarku. Membuka lebar jendela itu hingga membuat angin malam yang dingin masuk menusuk kulit. Tetapi aku tidak peduli. Aku ingin melupakan rasa sakitnya, hingga aku bisa mencari jalan keluar dari semua ini.

Cukup lama aku termenung, suara langkah kaki menyapa indra pendengaranku. Yang ku yakini Kak Taehyung baru saja pulang. Ah, aku sekarang jarang bertemu kakak ku itu.

Awalnya aku berusaha mengabaikan kedatangan Kak Taehyung, namun begitu tidak terdengar suara pintu disebrang kamarku terbuka, aku mulai heran. Selanjutnya yang ku dengar adalah suara ketukan pintu.

"Chohee, ini abang."

"Masuk aja, gak dikunci."

Lagi-lagi aku mengernyit heran. Tidak biasanya kakak ku itu mengetuk pintu lebih dulu untuk memasuki kamarku.

Pintu kamarku terbuka. Mataku bisa menangkap figur Kak Taehyung memasuki kamar dengan sedikit senyuman kecil dibibirnya.

Aku hanya tersenyum melihat kedatangannya itu. Sebenarnya aku merindukannya, hampir saja meloncat kedalam pelukannya sambil mengadu.

Namun, aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku harus berhenti membuat orang disekitarku merasa terbebani.

Kak Taehyung menarik kursi dan duduk disampingku. Lagi-lagi aku tersenyum melihat senyumannya.

"Kenapa duduk disini? Dingin loh." Suara beratnya terdengar lembut ditelinga ku.

Aku hanya menggeleng. Memberi tahu bahwa aku tidak masalah dengan hawa dingin ini.

Tak lama cowok itu menghela nafasnya, menatapku dengan rasa bersalah.

"Maafin abang ya, abang gaada buat kamu akhir-akhir ini."

Aku menggeleng, lagi.

Kak Taehyung meneliti wajahku, sorot matanya menampilkan kesedihan. "Kamu pasti ngelewatin hari-hari berat belakangan ini, maaf karna belum jadi abang yang baik buat kamu."

Tidak, jangan seperti ini. Aku semakin merasa telah membuat orang-orang disekitarku kesulitan.

"Enggak, abang yang terbaik." Ucapku serak.

Kak Taehyung mengusak rambutku pelan, sebelum akhirnya membawaku kedalam pelukan hangat.

"Seharusnya abang nepatin janji buat selalu ada disamping kamu, tapi abang malah biarin kamu berakhir kayak gini." Aku mengeratkan pelukan ku pada lehernya, mataku mulai terasa panas. Namun, tepukan-tepukan kecil dipunggung ku membuatku merasa tenang.

"Jangan khawatir, setelah ini sekalipun kamu gak mau ketemu sama dua orang itu lagi, abang bakal nurutin. Mereka bakal menghilang dari hidup kamu jika emang kehadiran mereka malah bikin kamu semakin tertekan."

Ada perasaan aneh setelah Kak Taehyung mengatakannya. Aku ingin egois pada saat itu, tidak mau memikirkan kemungkinan hatiku semakin hancur. Namun yang ku inginkan, hanyalah tidak satupun dari mereka menghilang dari hidupku.

Karna bagaimanapun, aku masih ingin melihat bagaimana mereka tersenyum dan membuat senyum ku ikut terbit.

Haruskah aku egois kali ini? []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang