45

83 13 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Ku pikir tidak ada yang salah dari keputusanku. Walau hatiku ragu, tetapi aku tetap mengemasi barang-barangku sehari sebelum keberangkatanku.

Namun, Kak Taehyung baru saja membentakku dengan suara keras. "Kamu pikir, apa yang akan berubah kalo kamu menjauh?! Kenapa kamu selalu bertingkah bisa menghadapi semuanya sendirian?! Lakukan apa yang kamu mau, kamu bener-bener bikin abang kecewa kali ini." Setelahnya ia meninggalkan ku dikamar dalam keadaan pilu.

Beberapa hari lalu, setelah Sena datang. Aku benar-benar meneguhkan hatiku untuk meninggalkan semuanya disini. Aku tahu, tiap kenangan ditempat ini akan membuat hari-hariku disana menjadi lebih tersiksa karna rindu.

Namun, aku tetaplah aku. Dengan sifat keras kepala yang menginginkan kebahagian walau harus tersakiti terlebih dahulu.

Aku terdiam memandang koper besar yang sudah memuat setengah dari barang-barangku. Badanku perlahan merosot, duduk seraya memegangi koper itu dengan tatapan kosong.

Apa ini Kim Chohee? Kenapa kau tiba-tiba ragu? Jangan egois. Sedikit lagi, sedikit lagi semuanya akan baik-baik saja.

Aku menguatkan diri sendiri, namun nyatanya air mata itu tetap jatuh. Membuatku lekas mengusap kasar mataku, menepis air mata yang jatuh berkali-kali walau tidak ada akhir dari air mata itu.

Lantas aku terisak, menutup mulut untuk menutupi suara tangisan pilu yang mungkin akan membuat orang lain kasihan mendengarnya.

Aku tenggelam dalam tangisanku malam itu, berkali-kali menarik nafas untuk menghentikan tangis dan kembali kuat.

"Aku minta maaf—"

Tangisku lantas terhenti, badanku terasa hangat seiring sebuah tangan yang merekuhku dari belakang. Ku rasakan kepala itu tenggelam dibahuku, dengan pelukan yang lantas kian mengerat.

Aroma yang kurindukan, kembali mengisi rongga hidungku.

Kemudian suara berat itu kembali berucap lirih penuh keputusasaan. "—maaf karna akhirnya kamu menangis lagi. Tapi aku benar-benar gak mau kehilangan kamu, bisakah kita egois saja kali ini?"

Lantas tangisku kembali terdengar, lebih menyakitkan dari sebelumnya. Namun, tidak ada yang berubah. Aku tetap menggeleng, menolak untuk bertahan disini.

"Aku mohon—" bahuku basah, tangan kekar itu bergetar. "—jangan pergi."

Lagi, aku menggeleng. Berucap pilu dengan semua tangis yang masih terdengar. "Enggak."

Malam itu adalah terakhir kalinya aku merasakan hangatnya tangan itu. Terakhir kalinya aku bisa menjadi sosok yang mencintai Kak Jungkook sebagai seorang cowok. Sebelum akhirnya semua rasa cinta itu, harus dihapus dan dibagi sama dengan Kak Taehyung. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang