47

79 15 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Pandanganku meredup, meringkuk dalam selimut sembari menatap bulan dari balik jendela kecil yang ada dikamar ini.

Pencahayaan yang sedikit, membuatku diam-diam menyimpan rasa takut. Aku tidak pernah suka kegelapan, tidak sekalipun. Tetapi, ini mungkin jauh lebih baik dari pada berada dibawah sana dan berhadapan dengan Ayah tiri.

Kamarku berada ditempat paling tinggi dirumah ini, loteng. Namun tidak begitu buruk, Mama membersihkannya dengan baik. Sehingga ini menjadi tempat yang paling aman untukku, sekarang.

Aku menggeliat kecil, karna tidak bisa merasakan kakiku. Air mataku lolos.

Rasanya setelah berada disini, aku menjadi jauh lebih sering menangis.

Pria itu benar-benar iblis. Rasanya sakit sekali ketika aku melawan untuk menghentikan perlakuan bejatnya pada Mama.

Hatiku sakit, mengetahui fakta bahwa aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mama bilang, aku tidak perlu khawatir dan aku hanya harus menjaga diriku sendiri.

Tapi mana bisa aku diam? Seumur hidupku, menyaksikan orang yang begitu ku sayangi disakiti adalah hal terburuk yang pernah ku alami. Ini lebih menyakitkan dibanding harus menahan semua beban sendirian.

Diam-diam ada sebuah penyesalan. Ada perasaan dimana aku ingin pulang, ke tempat dimana ada kehangatan. Dimana ada Kak Taehyung dan Papa. Ke tempat dimana ada Kak Jungkook disana.

Tetapi, aku juga tidak bisa meninggalkan Mama lagi. Membayangkan berapa lama ia merasakan semua siksaan ini sendirian, membuatku menangis pilu. Mama yang selama ini ku rindukan, berada ditempat yang seperti neraka bersama pria itu.

Kemudian ponselku bergetar. Lantas aku mengalihkan pandanganku keatas nakas, meraih benda persegi itu dengan susah payah.

Nama Kak Jungkook tertera disana. Sempat ragu untuk mengangkatnya, namun kemudian aku menarik nafas panjang dan memilih menggeser tombol hijau.

"Choco?"

Aku langsung disambut dengan suara Kak Jungkook. Suara yang belakangan ini ku rindukan.

"Eum, maaf baru ngehubungin kamu."

Aku menggeleng walau tahu Kak Jungkook tidak bisa melihatnya. "Engga—" suaraku terdengar serak, "—terus apa yang ngebuat Kak Jungkook nelpon aku sekarang?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Kak Jungkook malah melontarkan pertanyaan. "Taehyung juga belum ngehubungin kamu, kan? Jangan khawatir, dia gak akan marah terlalu lama. Dia juga udah baik-baik aja sekarang. Mungkin dia cuman ragu, karna denger suara kamu mungkin bikin dia mau kamu kembali kesini."

Aku tertawa, entah untuk alasan apa. "Lalu? Apa itu juga berlaku buat Kak Jungkook?"

Helaan nafas Kak Jungkook terdengar, begitu berat dan gusar. "Menurut kamu?"

Aku hanya diam. Tidak menyahuti Kak Jungkook, dan membiarkan cowok itu kembali berucap lirih. "Rasanya berat sekali tidak bisa merindukan mu dengan cinta, kamu tau? Aku emang ngeiyain permintaan kamu untuk merubah perasaan itu, tapi lama-lama ini melelahkan. Kenapa sulit sekali menerima kenyataan kalau aku gak bisa menjadi lebih dari seorang kakak?"

Nafasku tercekat, merasa sesak perlahan. Menarik nafas pelan sebelum akhirnya berucap pelan. "Gapapa, kakak akan terbiasa."

Tidak ada sahutan untuk beberapa detik, mungkin Kak Jungkook sedang melamun. Membayangkan wajah diamnya ketika melamun, membuatku merindukannya.

Tidak ada berbeda sebenarnya. Ini juga sulit dan melelahkan diwaktu yang bersamaan. Benar kata Kak Jungkook, menerima kenyataan bahwa kami tidak bisa lebih dari sekedar kakak dan adik tiri, benar-benar sangat melelahkan.

"Kalo kamu gimana?" Suara Kak Jungkook membuatku tersadar, lantas sedikit mengerutkan kening. "Apa kamu juga sudah terbiasa? Apa kamu gapapa?"

Ada jeda. Lagi-lagi aku diam, tidak menjawab pertanyaan Kak Jungkook walau aku tahu jawaban untuk pertanyaan itu.

Aku ingin menangis, berteriak padanya bahwa aku tidak baik-baik saja disini. Semua hal mengerikan, rasa sakit, dan merindukan rumah yang sesungguhnya bercampur aduk. Namun, semua itu terkunci dalam satu alasan.

Akhirnya hanya bisa berguman samar, mengucapkan, "—hm, aku gapapa." Walau tidak ada yang pernah baik-baik saja disini. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang