18

111 14 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Netraku menatap Kak Jimin takut.

Cowok itu menyeretku begitu aku keluar dari ruang BK. Wajahnya nampak menahan marah, walau tangannya kini sibuk mengompres pipiku dengan es batu.

"Aku bisa sendiri, Kak."

Kak Jimin menatapku tajam. Lantas membuatku langsung kembali tertunduk, takut melihatnya.

Kak Jimin memang orang yang sangat baik, tapi saat ia marah begini, rasanya bahkan lebih menakutkan dari Kak Taehyung.

Mengingat Kak Taehyung aku jadi terpikir satu hal. Dia pasti marah kalau tahu ini.

"Jangan bilang sama Bang Taehyung ya, Kak." Pintaku memelas.

Kak Jimin masih merengut marah. Cowok itu menghela nafas gusar, sebelum akhirnya mengangguk pasrah.

"Kalo takut ketahuan Taehyung, kenapa kamu berkelahi?"

Kak Jimin bertanya, tetapi masih terfokus mengompres pipiku.

"Aku ga bisa biarin sahabatku harga dirinya di injek-injek sama tu setan."

"Heh! Mulutnya!"

Kak Jimin menghela nafas, mungkin sedang mencoba meredakan emosinya untuk bicara padaku.

Beberapa detik kemudian, ia kembali tersenyum hangat.

"Lain kali jangan gini lagi." Ucapnya lembut.

Aku merengut. "Tapi, Kak. Cewek-cewek itu yang duluan!'

"Iya-iya, tapi kenapa jadi berantem? Liat ni muka kamu, udah bengkak semua. Kalo Taehyung lihat, kamu mau bilang apa? Harusnya kamu bisa lebih tahan emosi kamu."

Aku terdiam. Memikirkan perkataan Kak Jimin yang ada benarnya.

Kenapa aku malah mengompori Jihye untuk membalas kakak kelas tadi? Sekarang mungkin aku, Jihye dan Sena terlihat seperti berandalan dimata anak-anak lain. Astaga ini salahku.

Dan juga, apa yang akan ku katakan pada Kak Taehyung?

"Aku cuman mau belain Jihye Kak, aku gamau temenku keliatan lemah." Suaraku sangat pelan, nyaris berbisik.

Namun karna dekatnya posisi kami saat ini, Kak Jimin masih bisa mendengar perkataanku dengan sangat jelas.

Kepalaku menunduk, memainkan jari-jari tanganku gusar.

Tak lama kemudian, ku rasakan tangan Kak Jimin mengusap kepalaku berkali-kali. Membuatku mengangkat wajahku, menatap wajah tampan yang kini tersenyum sangat hangat.

"Masih ada cara lain. Jadi kuat bukan cuman tentang fisik dan omongan, masih banyak cara lain untuk jadi kuat."

Aku seolah masuk dalam tatapan teduh yang selama tujuh tahun menemani hari-hariku.

"Aku yakin, kamu paling tau soal itu kan?"

Benar.

Aku tidak mau melihat teman-temanku lemah, sehingga aku tidak membiarkan mereka ditindas namun malah menjadikan mereka berandalan.

Masih banyak cara agar tidak terlihat lemah. Kuat itu ada berbagai macam bentuk, salah satunya adalah definisi kuat yang selama ini telah ku bangun. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang