50 (LAST)

183 14 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Itu terjadi lagi, dihari yang hujan lebat. Pria itu berniat melecehkan ku lagi setelah gagal beberapa kali.

Namun kali ini, aku seperti tidak punya celah untuk lari. Aku terus menangis sambil berontak. Tidak peduli pipiku sudah memar karna mendapat tamparan beberapa kali olehnya, aku tetap mencoba mempertahankan kehormatanku.

"Tolong!"

Aku berteriak, namun sepertinya suara hujan menutupi teriakan putus asaku.

Aku hampir menyerah, sampai akhirnya Mama datang dengan sebuah tongkat. Menyelamatkan ku dari iblis itu. Melindungiku dibalik badannya, berteriak berkali-kali meminta pria mabuk itu untuk berhenti.

Namun, semua itu terjadi dengan begitu cepat. Sebelum aku mencoba menghentikannya. Aku menyaksikan kehancurkan hidupku didepan mata.

Mataku membuat, tidak bisa berbuat apa-apa bahkan ketika darah itu mengalir bahkan menciprat kewajahku.

Takdir ini begitu kejam, mengutus seorang iblis untuk membuat duniaku hancur didepan mataku.

"Chohee...lari..."

Aku masih diam saja, bahkan ketika pria itu tiba-tiba panik ketika sadar dengan apa yang telah ia lakukan pada istrinya sendiri.

Jantungku seakan berhenti berdekat ketika wajah penuh darah itu kini beralih padaku. Air mataku lolos, ketakutan melihat betapa menakutkannya pria itu dimataku.

"Chohee..lari..lari.."

Badanku bergetar, memaksa diri sendiri untuk sadar begitu mendengar suara Mama yang lirih. Aku berdiri dengan tergesa-gesa, tidak sempat berbalik bahkan menatap Mama. Aku benar-benar menyesal karna tidak dapat melihat Mama, karna itu adalah terakhir kalinya aku dapat melihatnya.

Aku berlari dengan sangat cepat, menaiki tiap anak tangga dengan panik. Semakin panik dan ketakutan begitu mendengar pria itu mengejarku.

Pintu kamarku sudah ada dihadapan mataku, aku masuk kesana dengan cepat. Menutup pintu dengan sisa kekuatan yang tersisa, namun tangan pria itu yang memegang pisau sempat masuk dan menghalangi pintu. Melukai lenganku, aku sempat berteriak kesakitan. Namun dengan seluruh tenaga mendorong pintu hingga membuat tangan pria itu tertarik karna kesakitan.

Pisau itu jatuh didekat kakiku ketika aku mengunci pintu. Aku mengabaikan benda yang mungkin berlumuran darahku dan Mama itu.

Melakukan hal sama seperti dulu, mendorong rak buku hingga menghalangi pintu.

Lampu kamarku padam, hanya ada kegelapan disini. Kecuali cahaya ponsel berlumuran darah dan cahaya bulan yang merembet masuk dari jendela.

Lagi, aku membawa diriku kedalam lemari. Mengunci diri didalam sana.

Aku terus menangis, mengetik nomor polisi dengan tangan bergetar. Menempelkannya ke telinganku, menunggu sambungan dengan rasa takut yang belum juga hilang.

"Halo?"

"To-tolong! Pria itu melukai Mama ku!"

Aku tidak pernah berhenti menangis waktu itu, menunggu dengan ketakutan luar biasa didalam lemari gelap. Kegelapan yang biasanya menakutiku, kini aku berharap agar gelap melindungiku. Agar gelap membiarkanku bersembunyi dari pria itu.

"Mama...maafin Chohee..."

Hidupku benar-benar hancur setelah itu, bahkan sampai polisi menemukanku didalam lemari dengan darah dimana-mana, ketakutanku masih sama.

Dan saat aku melihat Mama yang sudah tergeletak tak bernyawa, membuatku ribuan kali lebih merasa sakit. Hingga yang ku tahu setelah itu hanyalah, aku ingin mati. Aku ingin mati saja, menemani Mama disana. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang