10

142 18 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Dalam hidup ada pasang surut yang terjadi.

Kadang kau merasa seperti manusia paling bahagia didunia. Kadang juga, kau merasa bahwa dunia ini kejam. Fase seperti itu dialami manusia secara berulang-ulang dalam hidupnya.

Salah satu fase paling mengerikan dalam hidup, adalah kehilangan. Kau akan kehilangan satu persatu orang dalam hidupmu. Siapapun itu, tidak mengenal waktu dan kadang semuanya terjadi secara tiba-tiba.

Aku kehilangan cukup banyak orang dalam hidupku belakangan ini. Tetapi, aku masih bisa melihat mereka.

Namun berbeda dengan Kak Jungkook.

"Ayah Jungkook meninggal."

Hari itu, sepanjang acara pemakaman Kak Jungkook tidak menangis. Ia berakting layaknya orang paling kuat disana. Sedangkan ibunya meraung menangisi sang suami yang sudah pergi untuk selamanya.

Melihat wajah Kak Jungkook hari itu, aku jadi merasakan apa yang dilihat Kak Jungkook pada diriku selama ini.

Kesedihan itu, luka itu, dan semua rasa sakit itu. Semuanya dapat terlihat dalam netra redup yang menatap kosong setiap keadaan.

Bahu itu merosot. Menandakan bahwa ia lelah, bahwa semua ini membuatnya merasa jatuh dititik paling menyedihkan dalam hidupnya.

Kehilangan sosok yang selama ini berjuang keras dalam mendidiknya bukanlah perkara mudah. Semuanya sulit untuk dilalui, terlebih jika ini adalah yang pertama kalinya dalam hidup.

Hanya kurang satu, ia tidak menangis.

Sekali lagi ku bilang, bahwa ia sedang berakting. Seolah orang paling kuat hingga tak perlu menangis. Aku mengerti. Aku pernah berada dalam posisi itu sebelumnya. Mungkin sekarang ia berpikir seperti aku beberapa tahun lalu. Ibu sudah menangis. Jika aku juga menangis, siapa yang akan menghibur ibu nanti?

Itu bukan hal mudah. Tidak menangis bukan berarti hatinya kuat. Tetapi itu ribuan kali terasa lebih sakit karna sesungguhnya hati ini ingin menangis keras berteriak bahwa dunia tidak adil. Namun tidak bisa, hingga membuat dada rasanya sesak sekali.

"Kenapa Kak Jungkook ga nangis, Kak?"

Aku bertanya pada Kak Jimin. Cowok itu menggenggam tanganku sepanjang acara pemakaman. Sedangkan Kak Taehyung menemani Papa untuk membantu ibu Kak Jungkook yang tidak mungkin mengurus semua sendirian.

Kak Jimin diam saja, cowok bermata sipit itu menatap lurus pada Kak Jungkook disebrang sana. Tak lama kemudian, ia buka suara.

"Jungkook pernah bilang padaku, kalo cowok sejati itu gak nangis. Ia harus jadi yang paling kuat disaat orang sekitarnya terpuruk." Kak Jimin menoleh padaku, memberikan senyumannya. "Mungkin itu alasan Jungkook gak nangis."

Omong kosong.

Mataku kini terpaku pada sosok itu. Kak Jungkook diam menatap kosong pigura berisi foto ayahnya. Irisnya tidak dapat berbohong bahwa ia sedang hancur.

Aku ingin berlari kesana. Berteriak padanya menyuruh agar ia segera menangis. Menyuruhnya segera memaki takdir kejam ini, membuatnya mengeluarkan semua yang ia pendam dibalik semua tatapan kosong itu.

Manusia memang harus bangkit dalam keterpurukan, tetapi menangis hari ini tidak akan membuat kita kehilangan kekuatan untuk bertahan yang selama ini sudah dibangun. []

Kak Jungkook [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang