Begitu tiba di depan Afgan Rossa langsung menanyakan nilai raportnya
"Alhamdulillah nilainya memuaskan Cha" jawab Afgan dengan senyum bangga "kita pulang yuk" lanjutnya mengajak Rossa untuk pulang.
Afros meninggalkan gedung sekolah dan begitu tiba di rumah.
"Besok kakak yang antar kamu ke Senayan" tukas Afgan tegas.
"Iya kak" ucap Rossa pelan, aku ke kamar dulu" lanjut Rossa sambil berlalu, memasuki kamarnya.
*
Tiba di kamarnya Rossa hanya duduk di tepi ranjang lalu mengusap perutnya yang masih rata.
"Aku akan segera jadi ibu, apa aku sanggup jadi ibu sekarang? gumam Rossa dengan wajah sedih. "Bahkan aku gak tau kehadiran kamu itu anugrah atau musibah buat aku?" lanjut Rossa lagi, yang tanpa di sadari Afgan sudah berdiri di pintu dan mendengar semuanya.
"Kamu gak sendiri sayang, aku ada disini" tukas Afgan lalu masuk dan duduk di samping Rossa,
"Iya kak terimakasih untuk semuanya" ucap Rossa lirih.
*
Afgan merangkul Rossa demi menenangkan nya, agar Rossa tak merasa sendiri, lalu mencium pipi Rossa, semua berlanjut saat Rossa bersandar manja di bahu Afgan, merasa Rossa menerimanya Afgan jadi terbawa perasaan lalu mencium bibir Rossa, peristiwa berulang namun kali ini Rossa tak berusaha menolak ataupun melawan, hanya diam dan membiarkan Afgan melakukannya lagi.
"Kenapa aku membiarkan kak Afgan melakukan ini, kenapa aku gak menolaknya, aku malah menikmati setiap sentuhannya. apa karena semua sudah terlanjur, atau karena aku sudah mencintainya sebagai suami, bukan lagi sebagai kakak?" batin Rossa yang matanya tak lepas dari wajah sang suami.
"Kenapa Ocha gak menolak nya? Ocha gak berontak, apa dia sudah menerima aku sebagai suaminya, atau dia hanya merasa semua sudah terlanjur terjadi?" Batin Afgan mencoba menebak isi hati sang istri tanpa menghentikan apa yang sedang di lakukan nya.
*
Siang berganti malam, setelah peristiwa di siang itu, Afgan tak ingin lagi tidur terpisah dengan Rossa, lalu membawa bantalnya dan pindah ke kamar Rossa.
"Kakak ngapain disini?" Tanya Rossa heran melihat Afgan datang ke kamarnya dengan membawa bantal.
"Mulai malam ini kita gak akan lagi pisah ranjang, kakak tidur disini, atau kamu yang pindah ke kamar kakak?" ucap Afgan balik bertanya.
*
Rossa hanya diam lalu duduk dan menatap Afgan lekat-lekat.
"Kakak mau kita tidur bareng?" Tanya Rossa seolah tak percaya dengan apa yang di dengar nya.
"Iya' kita kan pasutri" jawab Afgan tenang dan santai.
"Tapi kak.." ucapan Rossa terpotong karena Afgan menaruh jarinya di bibir Rossa, lalu menatapnya syahdu.
"Gak usah ngomong apa-apa lagi, kita jalani rumah tangga kita, kakak akan pastikan kamu dapat ijazah, tapi untuk kuliah harus kamu tunda sampai anak kita ini sudah agak besar" tutur Afgan sambil membelai perut Rossa.
*
Rossa tak punya alasan lagi untuk menolak Afgan, hanya diam lalu merebahkan diri, di akui atau tidak Rossa mulai merasa nyaman tidur dalam pelukan sang suami, malam berlalu berganti pagi. Dengan di antar Afgan, Rossa datang ke seminar dimana dia harus berpidato dan memberi inspirasi pada teman sebayanya. Sepanjang acara Rossa lebih asik dan berbincang dengan Lutfi juga Aulia sang guru, dan mengacuhkan Afgan yang menunggu nya, hingga Acara selesai, baru Rossa menghampiri Afgan.
*
Udah selesai kak, makasih udah nungguin aku, mau pulang sekarang?" Tanya Rossa yang tak di sahuti oleh Afgan yang langsung berdiri dan berlalu, membuat Rossa bingung lalu mengejarnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPAN
PoetryKisah seorang gadis belia yg terpaksa menikah muda, karena keadaan. Hidup yg sempurna dan bahagia pun berubah jd nestapa, perjalanan hidup penuh ujian dan airmata harus di lalui, kehilangan orang-orang yg dicintai membuat Rossa nyaris putus asa. Ora...