Retno mencoba bertanya pendapat Rossa tentang pendapatnya, yang hanya di jawab Rossa dengan menundukkan kepala tanpa berkata apa-apa.
"Cha kamu tenang aja pernikahan ini gak akan menghalangi pendidikan kamu, setelah kalian menikah kalian tinggal terpisah, kamu disini sama bunda, sementara Afgan tinggal di asrama, yang penting papa tiri kamu gak bikin ulah lagi karena kamu udah jadi istrinya Afgan" tutur Retno menjelaskan maksud nya.
"Ocha terserah bunda aja, Ocha nurut aja kalau itu jalan terbaik Ocha setuju aja" ucap Rossa masih dengan kepala tertunduk.
*
Waktu berlalu Retno mempersiapkan semuanya dan acara pernikahan sederhana pun di gelar Afros pun resmi menjadi pasutri.
"Alhamdulillah semua lancar bun" ucap Afgan penuh rasa syukur.
"Iya Alhamdulillah tapi kalian harus ingat sementara pernikahan ini hanya di atas kertas, karenanya untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi Afgan harus tinggal di asrama untuk sementara waktu" tukas Retno mengingatkan.
*
Ucapan Retno di sanggupi oleh Afgan yang langsung berkemas, sementara Rossa hanya diam dengan kepala tertunduk menahan tangis.
"Gara-gara aku kak Afgan terusir dari rumah ini, Aku yang menolak menikah muda, sekarang berstatus istri? Ya Allah takdir macam apa ini?" Batin Rossa yg sesekalj melirik Afgan yg sudah siap untuk pergi dengan ransel besar di hadapan nya.
*
"Maafin Ocha kak, gara-gara aku kakak jadi harus keluar dari rumah ini" ucap Rossa lirih.
"Hey ini bukan salah kamu, ini udah jadi keputusan kakak, baik-baik di rumah dan sekolah yg bener, kapanpun kamu butuh kakak ada panggilan darurat ingat kan?" Tutur Afgan lembut, yg malah membuat Rossa kian merasa bersalah lalu menjatuhkan kepalanya di dada Afgan dan menangis.
"Kakak gak usah pergi, kita jalanin hari seperti biasa aja, anggap pernikahan ini gak pernah ada" runtuk Rossa di tengah tangis nya yg kian menjadi.
*
"Ya sudah Afgan tetap disini, tapi kalian tetap tidur di kamar terpisah" ucap Retno melunak, "lagi pula apa kata orang jika pengantin baru tinggal terpisah, kalau Ary tau soal ini dia akan langsung menyadari semuanya dan semua yg kita lakukan akan sia-sia" Tandas Retno yang di angguki oleh Afgan.
+
Hari pun berganti status baru membuat Rossa sedikit canggung menghadapi Afgan, karena sikap Afgan juga sedikit berubah, setiap Rossa berangkat sekolah atau Afgan pulang kerja tak lagi hanya salim layaknya kakak adik, tambahan ciuman di dahi Rossa dan di pipinya membuat Rossa kian gugup, seperti sore itu Afgan melakukan hal yg sama dan menanyakan kegiatan harian Rossa.
*
"Gimana hari ini di sekolah Cha?" Tanya Afgan santai.
"Eng.. enggak ada apa-apa biasa aja kak" jawab Rossa pelan, dan buru-buru melangkah ke dapur "kakak mandi dulu aja, aku buatin minum.
Semua itu di perhatikan oleh Retno membuatnya mengelus dada, rasa iba memenuhi hatinya.
"Kasihan Ocha, masih kecil harus menghadapi masalah se rumit ini, pasti dia merasa gak nyaman dengan semua ini" batin Retno.. tiba-tiba lamunan Retno buyar oleh suara bell pintu dari gerbang yg di tekan berkali-kali menandakan tamu yg datang tidak sabar.
*
"Siapa sih kok gak sopan banget" runtuk Retno kesal dan membuka pintu ruang tamu, di depan gerbang berdiri Ary, Alya dan Ghio.
"Mau apa kalian kesini?" Tanya Retno datar tanpa melangkah untuk membuka gerbang.
"Tolong buka pintu nya mbak, aku pingin ketemu Ocha" pinta Alya dengan memohon.
"Kalau kamu kangen Ocha, ngapain kamu ajak bajingan itu?" Menunjuk Ghio, "Kamu tau dia 2x hampir melecehkan Ocha.
"Memang kenapa tante, saya kan calon suaminya" tukas Ghio membela diri, saat Afgan keluar dengan menggandeng mesra Rossa.
"Tapi saya sudah sah menjadi suaminya" Tandas Afgan sambil menunjukan buku nikah mereka.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPAN
PoesiaKisah seorang gadis belia yg terpaksa menikah muda, karena keadaan. Hidup yg sempurna dan bahagia pun berubah jd nestapa, perjalanan hidup penuh ujian dan airmata harus di lalui, kehilangan orang-orang yg dicintai membuat Rossa nyaris putus asa. Ora...