Rossa mendorong tubuh Afgan agar menjauh lalu hendak berlari masuk ke dalam ruko.
"Tunggu Cha, sayang kakak mohon" ucap Afgan meraih dan menggenggam erat tangan Rossa.
"Darimana kakak tau aku disini?" Tukas Rossa bertanya pada Afgan.
"Kemanapun kamu pergi, cepat atau lambat aku pasti tau, karena kamu membawa separuh jiwa aku" tukas Afgan yang membuat Rossa tersenyum sinis lalu menepis tangan Afgan.
"Aku gak akan luluh sama gombalan kakak, sekarang mending kakak pulang urusin maha dewi yang hebat yang penuh kasih sayang membesarkan anak orang lain, tapi membuang anak kandungnya sendiri, kenapa hanya ada anak durhaka, kenapa gak ada orang tua durhaka, yang tega membuamg titipan Allah" tutur Rossa lalu berlari masuk dan mengunci pintu.
*
Afgan berusaha menahan pintu namun tak berhasil, Afgan mengetuk pintu dan berusaha membujuk Rossa agar membuka pintu.
"Cha' kakak mohon buka pintunya, iya kakak yang salah, kakak minta maaf, kakak kangen kalian berdua" tutur Afgan yang belum bisa membuat Rossa luluh, di dalam Rossa terduduk di balik pintu dan hanya bisa menangis.
"Aku juga kangen kak, tapi aku gak bisa tinggal satu rumah sama bunda, yang akhirnya membuat kita bertengkar setiap hari" gumam Rossa di tengah tangisnya yang semakin menjadi.
*
Di luar Dania yang awalnya diam dan hanya melihat apa yang terjadi, akhirnya menghampiri Afgan dan membuka percakapan dengan Afgan
"Maaf kak, aku gak berniat ikut campur urusan rumah tangga kalian, tapi menurut aku, lebih baik sekarang kakak pergi dulu, Ocha butuh waktu sendiri, aku janji aku akan bicara sama Ocha, kalau sekarang sampai besok sekalipun kakak berdiri di pintu ini, aku yakin Ocha gak akan keluar" tutur Dania berusaha memberi Afgan pengertian.
"Baiklah Nia, terimakasih tapi tolong kalau ada apa-apa kabari saya" ucap Afgan dengan wajah kecewa. "Dan tolong berikan uang ini ke Ocha" lanjut Afgan dan memberikan sejumlah uang pada Dania.
*
Setelah Afgan pergi Dania mengetuk pintu dan mengatakan jika Afgan sudah pergi, perlahan pintu terbuka dan Rossa langsung memeluk Dania sambil menangis, semua yang terjadi ternyata disaksikan oleh Afgan yang mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Aku harus tau apa yang mereka bicarakan, aku harus bisa meyakinkan Ocha untuk pulang dan melanjutkan rencana aqiqoh putri kami" gumam Afgan dan perlahan turun dari mobil dan mendekati Rossa dan Dania untuk mencuri dengar pembicaraan keduanya.
*
Di ruang depan ruko, Dania memapah Rossa untuk duduk.
"Cha' kalau kamu belum bisa menerima ibu kandung kamu, gak apa-apa kalau aku jadi kamu mungkin aku juga sulit untuk memaafkan ibu yang sudah menyerahkan aku ke orang lain, tapi aku gak akan menghalangi suami aku untuk bertemu anaknya, ini Cha kak Afgan menitipkan uang ini buat kamu, bukankah ini bukti jika dia masih bertanggung jawab untuk menafkahi kamu dan anak kamu" tutur Dania berusaha meyakinkan Rossa agar mau memaafkan Afgan "Cha perpisahan mungkin tidak di larang, tapi hal itu sangat di benci oleh Allah, kamu kasih kesempatan kak Afgan ya" lanjut Dania lagi.
*
Rossa hanya duduk diam dengan isak tersisa tanpa berkata apapun.
"Cha' sekarang kamu tukar posisi, gimana kalau kamu di posisi suami kamu sekarang, dia bag makan buah simalakama, dia serba salah, dia akan di tuduh sebagai anak tidak tau diri jika dia hanya membela kamu. Kamu tau kan suami kamu sukses seperti sekarang berkat ibu kamu, tapi saat dia membela ibu yang sudah membesarkannya, dia kehilangan kamu, kasihan dia Cha. Sekarang aku mau tanya, kamu mencintai suami kamu?" Tanya Dania yang hanya di jawab dengan anggukan kepala Rossa.
"Itu artinya takdir buat kalian, coba kamu fikir kalau ibu kamu membesarkan kamu sendiri, apa mungkin kalian bisa menikah?" Tanya Dania lagi membuat Rossa menatap sang sahabat lalu bertanya.
"Maksudnya?
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPAN
PoetryKisah seorang gadis belia yg terpaksa menikah muda, karena keadaan. Hidup yg sempurna dan bahagia pun berubah jd nestapa, perjalanan hidup penuh ujian dan airmata harus di lalui, kehilangan orang-orang yg dicintai membuat Rossa nyaris putus asa. Ora...