Mendengar ucapan sahabat-sahabatnya Afgan hanya diam seribu bahasa, hingga Rossa kembali bersama Retno, mereka makan bersama dengan berbincang ringan, semua memuji masakan Rossa yang di nilai memiliki rasa yang sangat enak.
Hari itu berlalu, meski terlihat tenang namun Rossa terus memikirkan ucapan sang papa yang mengatakan kalau Rossa tak bisa hidup mandiri dan hanya bisa bergantung pada orang lain "enggak, aku bisa mandiri, aku tidak hanya bisa bergantung pada orang lain, aku akan lakukan sesuatu agar aku bisa tetap sekolah tanpa bergantung pada kak Afgan atau pun bunda Retno" gumam Rossa dalam lamunan nya. Sementara itu di rumah Ary
"Jadi kamu tidak mau membantu aku untuk membujuk anak kamu itu untuk menerima Ghio" tukas Ary pada Alya. "Mas aku mohon, aku setuju kamu menjodohkan anak kita dengan Ghio, tapi tidak sekarang, Ocha masih terlalu kecil untuk berumahtangga!" Tandas Alya yang mulai menangis, "kali ini aku tidak akan membantu kamu" lanjut Alya dengan tegas. "Baik kalau begitu, aku akan pakai caraku sendiri untuk membuat anak itu menerima Ghio" tandas Ary dengan senyum yang sulit di artikan. "Jangan macam-macam kamu mas, ingat Ocha di bawah perlindungan Afgan dia polisi, dan ancaman nya yang akan melibatkan komnas perlindungan anak, kamu bisa kena masalah!" tukas Alya dengan raut wajah cemas, namun peringatan dari Alya tidak di gubris oleh Ary yang langsung berlalu.
Waktu berlalu di rumah Retno, jam menunjukkan pukul 3 dini hari, Afgan terbangun oleh suara-siara yang berasal dari dapur.
"Suara apa itu? Ya ampun jangan-jangan ada maling" tukas Afgan yang langsung bangun dan bergegas ke dapur, dan melihat Rossa sedang asik memasak sendiri. "Ocha kamu ngapain, ini baru jam 3 pagi" ucap Afgan yang bingung melihat kegiatan Rossa. "lagi masak nasi uduk kak, mulai hari ini aku mau jualan nasi uduk di sekolah, harga anak-anak biar laku." jawab Rossa santai. "Apa-apaan sih, tugas kamu itu sekolah, urusan biaya biar jadi urusan kakak" tandas Afgan.
"Enggak kak, aku udah numpang di rumah ini, aku gak mau nyusahin kakak sama bunda lagi, aku mau buktiin ke papa kalau aku bisa cari uang sendiri tanpa bergantung sama kakak ataupun bunda Eno" ucap Rossa serius. "Cha kami gak pernah merasa di tepotkan oleh kamu" tegas Afgan.
"Ada apa ini masih dini hari kok udah pada bangun?" Ucap Retno yang terbangun mendengar keributan. "Lihat Ocha bun, dia bilang mau jual nasi uduk, yang enggak-enggak aja" tukas Afgan kesal. Maafin Ocha bun, Ocha cuma mau buktiin ke papa Ary kalau Ocha bisa mandiri bun, Ocha sadar kalau hidup sempurna yang pernah Ocha miliki sekarang sudah berakhir" ucap Rossa mulai terisak.
"Sekarang jangankan papa, Ocha udah kayak anak yatim piatu bun, Ocha .. Ocha gak akan biarin papa Ary menghina kak Afgan atau bunda lagi" lanjut Rossa dengan tangis kian menjadi. "Astagfirullah'aladzim Cha" tukas Afgan yang langsunh menghampiri Rossa dan memeluknya "kamu gak sendiri dek, kami ada disini" lanjut Afgan yang mempererat pelukannya "Kakak janji dimanapun kamu berada, kamu akan merasa hidup kamu tetap sempurna" lanjut Afgan lagi. "terimakasih kak, tapi untuk kali ini ijinkan Ocha berjuang sendiri, ijinkan Ocha mandiri" tukas Rossa pelan dan melepaskan pelukan Afgan.
"Hidup sempurna aku sudah berakhir, semua udah gak ada lagi, malaikat tak bersayap yang selalu aku banggakan ternyata bukan papaku" ucap Rossa sambil melanjutkan pekerjaan nya. Mulai hari itu Rossa mulai berjualan aneka makanan, nasi uduk, gorengan hingga kue-kue sebagai menu sarapan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPAN
PoetryKisah seorang gadis belia yg terpaksa menikah muda, karena keadaan. Hidup yg sempurna dan bahagia pun berubah jd nestapa, perjalanan hidup penuh ujian dan airmata harus di lalui, kehilangan orang-orang yg dicintai membuat Rossa nyaris putus asa. Ora...