Apakah perjuanganku sia-sia? 3

275 17 3
                                    

Rossa hanya bisa menangis dan menutupi tubuhnya dengan selimut, dan duduk bersandar di tepi ranjang, hari menjelang siang saat Afgan terbangun dan di kejutkan oleh suara isak tangis Rossa.
"Astagfirullah'aladzim Cha kok kamu ada disini, apa yg terjadi?" Tanya Afgan yang tak mendapat jawaban selain tatapan penuh kebencian dari Rossa.
Afgan kian tersentak saat menyadari dirinya dalam keadaan bugil tanpa pakaian, Rossa merapatkan selimut di tubuhnya, lalu berlari kekamarnya, tanpa berkata apapun.
*
Afgan mulai menyadari saat melihat ada noda darah di atas seprai.
"Ya Tuhan apa yg sudah aku lakukan, mengapa aku tak bisa mengingat apapun?" gumam Afgan, lalu bangkit mengenakan pakaian lalu mencoba untuk bicara pada Rossa, berkali-kali Afgan mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar, hingga Afgan hanya bisa terduduk di depan pintu sambil berteriak
"Maafin kakak Cha, tolong buka pintunya" airmata penyesalan Afgan akhirnya jatuh juga.
*
Maafin aku sayang, tolong buka pintunya" ratap Afgan memohon agar Rossa membuka pintu, namun tetap tak ada jawaban, sementara itu di Rossa masuk kamar dan langsung berlari ke kamar mandi, tanpa perduli selimut yang di bawanya Rossa langsung menyalakan air shower dan duduk di bawahnya, membiarkan air mengalir membasahi seluruh tubuhnya.
"Kenapa kamu tega sama aku kak? Apa perjuangan yg aku lakuin di depan kamu gak berarti buat kamu?" Runtuk Rossa dalam tangisnya.
*
Beberapa jam berlalu Rossa tak kunjung membuka pintu membuat Afgan khawatir dan kembali berdiri lalu kembali mengetuk pintu.
"Cha kalau kamu gak buka pintu, kakak akan dobrak pintunya" teriak Afgan yg masih tak mendapat jawaban, membuat Afgan berusaha mendobrak pintu kamar Rossa. Saat pintu terbuka Afgan tak menemukan Rossa di kamar, dan Afgan mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, Afgan buru-buru melangkah ke kamar mandi yg pintunya tidak tertutup, Afgan terkejut hingga berteriak melihat Rossa tergeletak tak sadarkan diri dengan shower menyala dan terus menyiram tubuh nya.
*
"Astagfirullah'aladzim Ochaa" teriak Afgan berlari masuk lalu melepas selimut yg sudah basah dan berat dari tubuh Rossa lalu menggendongnya ke kamar, mengeringkan tubuh Rossa yg basah lalu memakaikan pakaian kering baru membaringkan nya di atas ranjang dan menyelimuti Rossa.
"Badan nya dingin semua, kenapa semuanya jadi begini? Berbagai cara Afgan lakukan untuk membuat Rossa lebih hangat, menetralkan suhu pendingin ruangan, mengompres nya dengan air hangat hingga membaluri tubuh Rossa dengan minyak angin, akhirnya Afgan berhasil wajah Rossa yg awal nya pucat mulai memerah dan jemarinya mulai bergerak membuat Afgan tersenyum lega.
*
"Alhamdulillah Cha ayo bangun, buka mata kamu sayang" ucap Afgan lembut, perlahan Rossa membuka matanya, namun begitu melihat Afgan tangis Rossa kembali tak terbendung, menarik selimut lalu memunggungi Afgan tanpa berkata apapun.
"Cha tolong maafkan kakak, kejadian semalam, bukan mau kakak, jangan hukum kakak seperti ini.
"Apa yg membuat kakak begitu?" Tanya Rossa singkat.
"Tadi malam kakak di bawah pengaruh narkoba, kakak mabuk.
Mendengar kata narkoba membuat Rossa tersentak bangun, menatap Afgan lalu beringsut mundur.
"Kakak pakai narkoba?" Tanya Rossa terbata dengan wajah ketakutan
"Enggak Cha bukan kakak bukan pemakai" tukas Afgan cepat. kakak kan udah bilang mau menangkap pengedar narkoba dan itu semalam.
*
Afgan menceritakan semua yang terjadi di TKP bagaimana pelaku berbohong memaksa Afgan untuk menjilat narkoba, juga bagaimana candaan keterlaluan yg di lakukan teman-teman nya.
"Itu yang terjadi Cha, sebelum kakak mabuk, mereka bilang kamu cuma istri pajangan, istri di atas kertas, ucapan mereka membekas di ingatan kakak saat mabuk hingga semua itu terjadi maaf, tolong maafin kakak.
*
Semua yang Afgan ceritakan sesuai dengan yang Rossa dengar saat Afgan mabuk, dan meracau "kamu milikku, kamu bukan istri di atas kertas, aku akan buktikan kamu bukan istri pajangan" Rossa pun akhirnya mendekati Afgan lalu memeluknya.
"Aku istri kamu kak, aku halal untuk kamu, jangan merasa bersalah lagi, tidak perlu menyesali apa yang sudah terjadi" tutur Rossa berbisik di telinga Afgan, membuat Afgan menghela nafas lega, dan membalas pelukan Rossa.
Tbc

ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang