Rossa berdebat sendiri karena hati dan pikirannya seolah tak sejalan.
"Apa aku harus memaafkan bunda ya, kasih bunda kesempatan untuk menjelaskan semuanya.. Tapi enggak ah, penjelasan apa yang membenarkan seorang ibu menyerahkan anak kandungnya ke orang lain, gak ada" batin Rossa yang lamunannya tiba-tiba buyar oleh kehadiran Afgan, yang memeluknya dari belakang.
"Aih jangan genit, aku lagi nifas" runtuk Rossa berusaha melepaskan pelukan Afgan namun Afgan menyodorkan kalender meja yang sudah di tandainya.
"40 hari sudah lewat kemarin" tukas Afgan dengan tawa, lalu melepaskan pelukannya dan duduk di samping Rossa lalu mulai membuka percakapan
*
"Sayang kita harus menyusun ulang rencana aqiqoh Aira kan?" Ucap Afgan
"Iya kak atur aja, Ocha ikut aja tapi gak usah undang orang terlalu banyak, cukup Rt kita aja, aku gak mau Aira terpapar asap rokok, kalau banyak undang bapak-bapak" tutur Rossa yakin dengan ucapannya.
"Bunda? apa kita akan mengundang bunda Cha?" Tanya Afgan hati-hati.
Rossa tak menjawab hanya diam lalu melangkah ke box bayi, membuat Afgan mengerti jika Rossa belum siap untuk membicarakan Retno
"Aku harus jaga perasaan Ocha, aku gak mau dia merasa tertekan dan pergi lagi dari rumah ini" batin Afgan dan melangkah mendekati Rossa.
*
Afros memandangi sang buah hati yang tertidur dengan tenang di boxnya.
"Lihat dia kak, dia tak berdaya dan tak pernah minta di lahirkan, ataupun memilih dari ibu mana dia akan terlahir" tutur Rossa membuat Afgan langsung mengerti arah pembicaraan Rossa.
"Ya sudah kita keluar yuk, biarkan Aira istirahat, anak ayah masih ngalong, siang nya bobo, malam bergadang" ucap Afgan mengalihkan pembicaraan.
Afros tidak lagi membicarakan Retno, mereka fokus menyiapkan acara aqiqoh untuk sang putri. Saat Afgan harus keluar rumah untuk membeli keperluan acara, Rossa menatap sang bayi yang lucu, yang terkadang sudah terdengar suara, membuat Rossa tersenyum.
*
"Aku gak boleh egois, pasti kak Afgan serba salah, aku juga gak boleh menghalangi Aira mendapatkan kasih sayang dari eyang putrinya" gumam Rossa yang langsung mengeluarkan hpnya, di Surabaya tampak Retno sedang rapat dengan para donatur panti, saat hp nya berbunyi, begitu melihat layar hp dan tertera nama Rossa disana, Retno seolah melompat kegirangan dan berpamitan pada peserta rapat saat itu.
"Maaf saya permisi ini telpon penting, saya harus mengangkatnya" ucap Retno dan berlalu meninggalkan ruang rapat baru menjawab telpon dari Rossa
"Hallo Cha sayangnya bunda" sapa Retno begitu telpon tersambung.
*
Pada awalnya Rossa ragu untuk bicara, hanya diam hingga Retno mengulang sapaan nya "Hallo Cha ada apa nak?
"Gak ada apa-apa hanya mau ngundang bunda untuk datang ke acara aqiqoh nya Aira besok bisa?" Ucap Rossa tanpa basa-basi dan terdengar kaku.
"Bisa' pasti bunda datang sayang, terimakasih" ucap Retno dengan mata berkaca-kaca, tapi Rossa tak berkata apa-apa lagi dan langsung memutus sambungan telpon.
*
Setelah selesai rapat, Retno langsung memesan tiket pesawat untuk ke Jakarta, sore itu juga
Hari menjelang malam saat Retno tiba di depan rumah Afros dengan menumpangi taksi. Mendengar suara bell pintu Afgan melangkah ke pintu saat pintu terbuka terkejutnya Afgan melihat Retno berdiri di depan pintu.
"Bunda?" Ucap Afgan dengan wajah panik dan menengok ke arah kamar Rossa, Afgan makin panik saat Rossa keluar dari kamar dengan menggendong Aira.
"Bunda udah datang, masuk bun" ucap Rossa datar tanpa ekspresi.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CITA, CINTA DAN HARAPAN
PoetryKisah seorang gadis belia yg terpaksa menikah muda, karena keadaan. Hidup yg sempurna dan bahagia pun berubah jd nestapa, perjalanan hidup penuh ujian dan airmata harus di lalui, kehilangan orang-orang yg dicintai membuat Rossa nyaris putus asa. Ora...