Tzuyu benar-benar kebingungan. Apa lagi dengan bayi kecil dalam gendongannya yang sedari tadi terus menangis. Masalah utamanya adalah Tzuyu tak punya susu bayi dan juga uang untuk membeli.
Taehyung! batin Tzuyu kemudian meraih ponselnya.
"Ada apa?" Suara Taehyung membuat Tzuyu segera tersenyum.
"Oppa, bisa kau membantuku?"
"Katakan saja."
"Boleh aku pinjam uang darimu? Aku janji akan menggantinya saat aku dapat pekerjaan baru. Tapi ingat! Jangan sampai mengatakan pada eomma aku baru dipecat dari pekerjaanku." Tzuyu memperingatkan. Akan sangat kacau jika Ibu dan Ayahnya tahu soal hal ini.
"Arasseo, aku akan menemuimu, ngomong-ngomong kau ada dimana sekarang? kenapa aku mendengar suara tangisan bayi?" Pertanyaan dari seberang sana membuat Tzuyu menggigit bibir. Dia bingung harus menjawab apa. Hingga satu ide muncul di pikirannya.
"I-itu, aku- aku sedang ada didalam bus sekarang dan kebetulan aku duduk disamping seorang wanita yang sedang menenangkan tangisan anaknya."
"Ah baiklah, aku akan transfer uangnya."
Tzuyu menghela napas lega. "Ne, gomawo."
Dia hanya tinggal menenangkan tangisan bayi yang ada di gendongannya. Apa dia harus bertanya pada ibu-ibu yang dia temui? Ah, itu sepertinya bukanlah ide yang bagus. Bagaimana jika dia dianggap sebagai ibu yang buruk? Tapi kenapa dia harus malu? Dia bukan ibunya. Namun, tak ada pilihan lain karena Tzuyu benar-benar buta soal mengurus bayi.
"Apa kau baru saja diusir suamimu? atau kau kabur dari rumah?"
"Ani, ak–"
"Sepertinya bayimu kedinginan, atau mungkin dia lapar, kenapa kau keluar dimusim dingin seperti ini?" Tzuyu benar-benar bingung harus menjawab apa. Sebenarnya dia ingin melaporkan bayi yang dia temukan itu. Namun, tak ada kantor polisi terdekat di sana. Tak mungkin jika dia berjalan kaki sampai kantor polisi dengan membawa bayi itu. "Bagaimana kalau kau tinggal di rumahku saja untuk sementara sampai kau menemukan rumah yang cocok untukmu?"
"Jinjja? Ah kamsahamnida."
Tzuyu tersenyum lega saat dia menemukan orang baik yang mau memberikannya tempat tinggal untuk sementara. Padahal dia berpikir jika dia akan mati kedinginan.
Aigo, kau sepertinya membawa keberuntungan untukku, batin Tzuyu.
*
*
*"Kamsahamnida," ujar Tzuyu saat orang baik itu memberikan segelas teh hangat untuknya. Bukan hanya itu, dia juga memberikan baju hangat untuk bayi yang dia temukan.
Sementara, saat ini di belahan Korea lainnya seorang pria dengan jas rapinya sedang sibuk menelaah penyebab utama saham di perusahaan miliknya itu menukik dan mencapai titik merahnya.
"Argh!" Pria itu kali ini mengacak rambutnya frustrasi. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kerja dan memejamkan mata. "Bawakan aku kopi tanpa gula."
"Baik, pak."
Jungkook. Pria yang belakangan ini benar-benar dibuat stres dengan perusahaannya yang makin berantakan itu hanya bisa pasrah melihat sahamnya yang terus menukik tajam itu.
Bukan tanpa alasan dia seperti ini, semuanya bermula saat 9 bulan lalu. Di mana wanita yang sangat dia cintai memilih untuk meninggalkannya. Bahkan saat rencana pernikahan mereka sudah benar-benar rampung.
Namun, apa daya? Jungkook tak bisa menahan wanitanya itu pergi. Beberapa hal yang selalu ada dipikirannya adalah bagaimana keadaannya? Apa dia makan dengan baik? Apa dia sudah menemukan pria lain yang mencintainya? Apa dia bahagia?
Terlepas dari seberapa pun wanita itu menyakiti Jungkook, dia tetap tak bisa membencinya. Apalagi hubungan mereka yang sudah terjalin sekitar 5 tahun.
"Kenapa selalu berakhiran seperti ini?" gumamnya sambil mengepalkan tangan, berusaha menahan air mata yang sejak tadi mendesak untuk keluar.
Tzuyu. Gadis itu sedang membawa bayi yang dia temukan ke kantor polisi. Setidaknya dia harus melaporkan soal bayi itu. Dia takut orang tua bayi itu mencarinya.
Tzuyu sedikit lega saat bayi itu tertidur di gendongannya. Dia bertekad akan pergi ke supermarket dan membeli susu dan beberapa perlengkapan bayi. Dia tak peduli meskipun uangnya itu akan habis. Yang terpenting sekarang adalah bayi itu. Soal dia? Dia bisa makan apa pun.
"Permisi, aku ingin melaporkan soal penemuan bayi," ujar Tzuyu yang malah membuat polisi yang ada di sana tertawa.
"Nona, jika kau tidak siap mengurus bayi, untuk apa kau melahirkannya? Kami sudah sangat sering menerima laporan palsu seperti itu."
"Tapi aku benar-benar menemukannya dalam kardus di perempatan setelah fifteen cafe. Aku hanya takut orang tuanya mencarinya. Jadi aku melaporkan soal ini," jelas Tzuyu yang malah membuat polisi-polisi itu tak percaya. "Aku akan simpan namaku dan nomor telponku saja. Jika seseorang mencari bayinya, dia bisa menghubungiku."
"Begini, jika seorang bayi dibuang, itu artinya dia sudah tidak diinginkan oleh orang tuanya. Kami akan mengurus semuanya," jelas seorang polisi yang sepertinya tak sependapat dengan polisi lain yang ada di sana.
Awalnya Tzuyu memang dengan senang hati ingin menyerahkan bayi itu. Namun, saat polisi itu mengambilnya, dia tiba-tiba saja tidak rela memberikan bayi itu dan mengambilnya kembali.
"Apa aku boleh merawatnya?"
"Tentu saja, tapi kau harus mengurus semua berkas-berkas untuknya agar semuanya tidak rumit."
"Baiklah, terimakasih."
*
*
*Tzuyu tersenyum sambil memandang bayi kecil yang saat ini tengah meminum susunya dengan lahap. Dia tahu, bayi itu sepertinya benar-benar lapar. Apalagi, saat dia ditemukan, keadaannya benar-benar mengkhawatirkan.
Namun, Tzuyu tak menyangka justru bayi itulah yang telah menyelamatkan hidupnya. Bahkan saat ini dia mendapatkan tempat tinggal yang layak meski hanya sementara.
"Aku lupa memberikan nama untukmu, bagaimana kalau Ahn? Itu terdengar bagus untukmu. Jadi aku akan memberikan nama itu untukmu," gumam Tzuyu sambil mengelus lembut pipi bayi itu.
Melihat bayi ini, Tzuyu jadi teringat dengan kondisinya dulu. Dia memang tak ingat sama sekali, tapi dulu dia sempat tinggal di panti asuhan karena kedua orang tuanya sama sekali belum siap menyambut kedatangannya. Mungkin karena pernikahan mereka yang terlalu dini. Namun, saat Tzuyu beranjak remaja, sang Ibu menemui dan membawanya untuk pulang.
Awalnya dia memang merasa sangat senang. Namun, saat dia mengetahui kebenaran soal pria yang ada di rumahnya itu bukanlah ayah kandungnya, hidupnya benar-benar berantakan.
Bukan karena dia membenci ayahnya. Dia hanya benci pada takdir yang selalu membuat dirinya harus berada pada kondisi yang benar-benar tak terduga. Apalagi saat Taehyung juga muncul sebagai kakak tirinya.
Semula semuanya tampak normal. Sampai pada suatu saat Taehyung tiba-tiba saja mengungkapkan perasaannya. Mungkin karena seringnya mereka bertemu dalam satu rumah yang membuat benih cinta mulai muncul perlahan dalam hati Taehyung.
Pada saat itulah Tzuyu memutuskan untuk tinggal jauh saja daripada harus sering bertemu dengan Taehyung. Meski begitu, saat ini Taehyung sudah menikahi seorang wanita dan mulai melupakan perasaannya pada Tzuyu.
"Aigo, mianhae." Tzuyu menghapus tetes air mata yang tak sengaja jatuh ke dahi Ahn dan membuatnya sedikit menggeliat karena merasa terganggu. "Kau tahu? selama ini aku mencoba untuk menjadi wanita kuat. Tapi pada kenyataannya aku sungguh mudah menangis."
Tzuyu menatap langit-langit berusaha menahan air mata yang terus saja menggenang dikantung matanya agar tak jatuh. "Ahn-ah, entah kenapa aku benar-benar senang kau ada bersamaku. Aku merasa kalau aku tidak sendirian dan masih banyak yang bahkan lebih menyedihkan kisah hidupnya daripada aku. Bahkan kesedihanku tak seberapa jika dibandingkan denganmu, tapi seberapa pun aku senang kau bersamaku, aku tidak ingin kau tumbuh tanpa kasih sayang orang tua sepertiku, aku janji akan berusaha mencari orang tuamu dan untuk sementara, aku akan jadi orang tuamu."
TBC🖤
31 Mar 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Dad!✅
Fanfiction#1 Tzukook (27 Apr 2020) #1 Tzukook (1 Jul 2021) #1 Tzukook (7 Okt 2021) #1 Tzukook (23 Jun 2024) "Jangan sebut dirimu pria jika kau bahkan tidak ingin mengakui anakmu sendiri," Kisah Tzuyu yang berjuang membesarkan seorang bayi kecil yang tak senga...