#39 Bunglon

2.3K 303 49
                                    

Tangan Tzuyu benar-benar gemetar melihat alat yang dia pegang benar-benar menunjukan garis duanya. Dia sungguh tak percaya ini benar-benar terjadi.

Pundaknya perlahan merosot bersamaan dengan tubuhnya yang mulai terduduk dilantai. Bukankah seharusnya dia bahagia seperti kebanyakan wanita diluaran sana? namun sepertinya ketakutan itu masih menyelimuti hatinya sekarang. Dia hanya takut hal buruk terjadi lagi dan membuatnya terpaksa harus merelakan bayinya lagi. Apa dia sanggup? tentu saja tidak.

Jungkook yang sedang sibuk mengenakan jas rapinya tiba-tiba saja berhenti saat dia mulai mendengar isakan. Apa Tzuyu sedang menangis di kamar mandi? itulah pertanyaan yang pertama kali muncul dalam pikirannya.

"Tzuyu, kau mendengarku?" tanya Jungkook yang kemudian menempelkan telinganya di pintu kamar mandi tersebut, "Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja," ujar Tzuyu berbohong. Mau bagaimana lagi? dia tak mungkin mengatakan kalau dia sedang menangis atau nanti Jungkook mendobrak pintu kamar mandi itu.

Dan benar saja, Jungkook menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu kamar mandi itu dan terkejut saat mendapati Tzuyu yang terduduk dilantai dengan keadaan pucat pasi.

"Apa yang terjadi?" tanya Jungkook yang kemudian memeluk Tzuyu berusaha untuk menenangkan tangisannya, "Sudahlah tidak perlu menangis jika memang hasilnya masih negatif."

Negatif? bahkan benda yang Tzuyu genggam menunjukan kalau hasilnya positif. Tzuyu bahkan bertanya-tanya kenapa dirinya malah merasa sedih sekarang?

"Tapi hasilnya–"

Jungkook membulatkan matanya dan perlahan meraih benda yang sejak tadi digenggam Tzuyu. Matanya benar-benar mulai berbinar kemudian memeluk Tzuyu lagi.

"Gomawo Tzuyu, gomawo,"

Berbanding terbalik dengan kebahagiaan Jungkook, Tzuyu malah semakin merasa kalau berbagai ketakutan mulai menghantuinya sekarang dan rasanya dia ingin mengakhiri hidupnya saja dibanding harus menghadapi beberapa kemungkinan yang mungkin akan terjadi.

"Tidak perlu menangis seperti ini, kau sepertinya telalu bahagia,"

Bukan bahagia, aku takut.

Andai Tzuyu bisa mengatakannya, tapi sayangnya kata-kata itu dia telan sendiri karena dia sama sekali tidak ingin merusak kebahagiaan Jungkook saat ini. Dia juga sama menantikan kehadiran bayi mereka. Tapi untuk saat ini, Tzuyu justru malah merasa tak siap.

Jungkook mengaja Tzuyu untuk keluar dari kamar mandi, dia juga menyuruh Tzuyu agar mengganti pakaiannya yang sedikit basah. Ah iya, jangan lupakan soal sarapan yang sengaja Jungkook bawakan untuk Tzuyu.

"Ahn, ayo," Ahn menatap ke arah tangga berharap ibunya akan turun dan mengantarnya seperti biasanya. Tapi hari ini sepertinya tidak. Bahkan Ahn sudah lebih dulu sarapan tanpa menunggu Tzuyu.

"Apa eomma sakit?"

"Tidak, eomma hanya membutuhkan sedikit istirahat saja, kau tidak perlu khawatir," jelas Jungkook yang membuat Ahn langsung mengangguk. Dia kemudian memikirkan soal seorang adik. Entah kenapa pikiran itu langsung saja masuk ke dalam pikiran Ahn tanpa izin. Jika saat adiknya belum ada dia sudah seperti saat ini? bagaimana jika saat adiknya ada? apa dia akan lebih ditinggalkan? bahkan akhir-akhir ini dia tak lagi memeluk Tzuyu saat tidur. Ah bukan adiknya, melainkan Jungkook. Ahn merasa kalau Jungkook merebut ibunya itu bahkan sebelum adiknya ada.

"Belajarlah dengan baik, appa akan menjemputmu nanti," jelas Jungkook sambil tersenyum. Entahlah, berita soal calon anaknya benar-benar membuat harinya sangat bersemangat sekarang. Bahkan jika dia bisa, dia ingin membawa Tzuyu dan Ahn pergi ke suatu tempat.

"Appa, apa eomma marah padaku?"

"Tidak, dia baik-baik saja, nanti sepulang sekolah kau bisa menemuinya," jelas Jungkook yang kemudian membuat senyuman Ahn mengembang.

"Baiklah, aku akan menemui eomma,"

*
*
*

"Tzuyu, kau harus makan," entah sudah berapa kali Jungkook membujuk Tzuyu untuk makan. Bahkan sarapan yang tadi pagi dia antarkan masih belum di sentuh oleh Tzuyu. Sepertinya hari ini Tzuyu lebih suka melamun dibanding melakukan hal lain.

"Kau bisa sakit," Jungkook menatap Tzuyu dengan tatapan penuh harapnya. Dia benar-benar tak tega melihat Tzuyu seperti ini.

"Aku baik-baik saja."

"Setidaknya makanlah demi bayinya, Tzuyu."

Jungkook tahu ini sedikit membuat Tzuyu merana. Terlebih mental Tzuyu yang masih belum stabil karena guncangan hebat beberapa bulan lalu. Dia tahu itu cukup membekas dalam hati Tzuyu terlebih bayi itu adalah bayi pertama mereka dan Tzuyu harus rela kehilangannya.

Air mata Tzuyu luruh begitu saja dan membuat Jungkook sedikit panik dengan apa yang harus dia lakukan. Apa kata-katanya tadi membuat Tzuyu menangis? sepertinya iya.

Jungkook meletakan mangkuk berisi sup yang sudah terlanjur dingin itu dan memeluk Tzuyu. Untung dia sudah mempercayakan perusahaan pada Jaehyun untuk sementara waktu. Setidaknya hanya sampai keadaan mental Tzuyu benar-benar stabil.

Dari beberapa artikel yang dia baca, kondisi ini bisa saja membahayakan Tzuyu dan bayinya karena depresi dan stres yang berlebihan.

"Aku takut jika aku melenyapkannya lagi," akhirnya Tzuyu bisa mengatakannya dan membuat Jungkook tersenyum miris. Apa luka itu memang tidak bisa dihapus? Arggh, Jungkook bahkan kembali menyalahkan dirinya sendiri sekarang.

"Tidak perlu takut, aku juga akan menjaganya. Hal yang terpenting sekarang adalah jangan pikiran apapun yang tidak penting," jelas Jungkook sambil mengusap halus punggung Tzuyu.

"Mau keluar? aku rasa itu akan membuatmu merasa lebih baik," tawar Jungkook yang membuat Tzuyu melepaskan pelukannya dan menatap Jungkook dengan tatapan ragunya. "Tapi kau harus makan dulu,"

"Tidak."

"Tzuyu, bayinya akan kelaparan nanti, kau tidak kasihan padanya? mungkin jika dia bisa bicara dia akan mengatakan 'eomma, aku lapar' tapi sayangnya dia tidak bisa," Tzuyu terkekeh saat Jungkook mengatakannya dengan mengubah suaranya menjadi suara anak kecil.

"Baiklah aku akan makan," dengan sangat antusias Jungkook menyendok sup itu, namun saat sendok itu menghampiri mulut Tzuyu, Tzuyu langsung saja menggeleng.

"Aku tidak ingin itu," Jungkook mengangkat sedikit alisnya mencoba untuk berpikir.

Apa kau mengidam?

"Lalu kau ingin apa?"

"Tidak mau sayur, aku ingin cumi asam manis," Jungkook sedikit terkejut dengan permintaan Tzuyu itu. Apa dia harus membuatnya atau membelinya? dia malah merasa bingung sekarang.

Mereka berdua memang tergolong sebagai orang tua baru meskipun sudah memiliki Ahn. Jungkook memang ayahnya, tapi dia tidak mendampingi Jieun saat mengandung Ahn. Lalu Tzuyu? dia hanya mengurus Ahn dan tak tahu bagaimana rasanya mengandung. Yang ia tahu selama ini hanyalah cara mengurus bayi.

"Mau ku buatkan?" tawar Jungkook yang langsung mendapat anggukan antusias dari Tzuyu. Tak ada pilihan lain selain menurutinya karena dia tahu Tzuyu sedang mengidam saat ini.

"Tapi boleh aku ikut? aku ingin melihatmu memasak. Kau tahu? kau terlihat jauh lebih tampan saat sedang memasak," Jungkook benar-benar tak bisa menyembunyikan senyumannya saat Tzuyu memujinya. Ah sepertinya Tzuyu menggigit pipinya kemarin juga karena ulah baby Jeon. Dia hanya berharap kali ini Tzuyu tak menggigit pipinya lagi karena itu sedikit menyakitkan untuknya.

"Baiklah, kau boleh ikut,"

"Bagaimana kalau aku juga ikut memasak?"

"Tidak, hanya menemani saja," Tzuyu mulai memasang ekspresi sedihnya dan bersiap untuk menangis sekarang, "Ah baiklah baiklah, kau juga boleh ikut memasak."

Tzuyu tersenyum senang kemudian mencium pipi Jungkook, "Gomawo."

Kau begitu menggemaskan dengan terus berubah-ubah. Kau sudah seperti bunglon, Tzuyu.

TBC🖤

7 May 2020

Hello Dad!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang