#5 Pembalasan Dendam

2.8K 359 55
                                    

Ahn benar-benar bingung melihat ibunya yang terus menerus melamun saat ini. Bahkan saat Ahn melambaikan tangannya dihadapan wajah Tzuyu, dia tidak bergeming sama sekali.

"Eomma,"

"Ada apa?"

"Kenapa eomma terus seperti ini?" tanya Ahn yang kemudian memangku dagunya dengan tangan persis seperti yang Tzuyu lakukan.

"Tidak ada apa-apa, eomma hanya terlalu serius menonton TV," jawab Tzuyu berbohong. Sebenarnya dia masih memikirkan apakah pekerjaannya itu akan berjalan mulus? lalu jika dia mulai bekerja, siapa yang akan mengantar jemput Ahn seperti biasanya? apalagi jika dia harus bekerja lembur. Haruskah dia meminta izin setiap jam pulang sekolahnya Ahn? tapi jika di pikir-pikir, itu tidak akan mudah mengingat pria sialan itu yang jadi atasannya.

"Eomma,"

"Hm?"

"Seojin bilang semua anak pasti punya ayah, apa aku juga punya ayah?"

Tzuyu terdiam saat mendengar pertanyaan dari Ahn. Apa dia harus menceritakan soal asal usul Ahn yang sebenarnya? tidak tidak, itu hanya akan membuat Ahn bingung dan bahkan terpukul. Dia tidak mungkin membuat perkembangan Ahn terhambat hanya karena dia menceritakan soal asal usulnya.

Tzuyu meletakan Ahn di pangkuannya saat ini dan tersenyum. "Apa eomma tidak cukup untukmu, hm?"

Ahn langsung mengecup pipi Tzuyu saat ini. "Eomma juga adalah ayahku,"

Tzuyu sangat beruntung karena Ahn masih belum begitu paham soal seorang ayah. Tzuyu hanya perlu bersiap dengan beberapa pertanyaan yang pasti akan muncul pada pikiran Ahn saat dia semakin bertumbuh dewasa.

Ahn-ah, mianhae. Aku masih belum berhasil menemukan orang tuamu. Batin Tzuyu. 

*
*
*

"Ahn-ah, ingat–"

"Jangan pulang sebelum eomma menjemput,"

Tzuyu tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Ahn, "Anak pintar."

"Dah, eomma,"

Tzuyu melambaikan tangannya sambil memperhatikan Ahn masuk ke area sekolahnya. Senyumannya mengembang kala mengingat hari dimana dia menemukan Ahn dalam kondisi menyedihkan. Dia tak percaya kalau dia berhasil mengubah nasib Ahn meskipun dia tak punya hubungan darah sedikit pun dengannya.

"Aigo, aku terlambat," pekik Tzuyu setelah melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Dengan cepat dia berjalan menuju halte bus berharap bus yang seharusnya bisa mengantarnya sampai ke tempat kerja barunya itu masih ada disana.

"Ah, eotteoke?" keluhnya saat bus itu melaju tepat setelah dia menginjakkan kakinya ke halte tersebut. "Tak ada pilihan lain,"

Dia saat ini memilih untuk berlari saja. Untungnya dia tak memakai high heels seperti wanita pada umumnya. Menurutnya, sneakers adalah sepatu ternyaman untuknya meskipun seharusnya dia memakai high heels untuk pekerjaan barunya.

Sedikit lagi, ayo Tzuyu! Batin Tzuyu saat tubuhnya mulai tidak kuat lagi untuk berlari. Namun dia memaksakan dirinya untuk terus berlari. Setidaknya dia tidak boleh terlambat di hari pertamanya bekerja.

Tzuyu hanya tersenyum kikuk saat Jungkook sudah berdiri di depan gedung perusahaannya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ak–"

"Kau terlambat 10 menit," jelasnya sambil melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia kemudian mengangkat sebelah alisnya saat memperhatikan penampilan Tzuyu dari ujung rambut sampai ujung kakinya. "Kau serius ingin bekerja?"

Hello Dad!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang